Ketiga, swasunting.
Baca Juga: Gelombang Tsunami dari Tonga Tiba di California
Ini tahapan yang cukup signifikan. Lepas pengendapan naskah (minimal) satu bulan, kita akan menjadi ‘orang asing’ ketika membaca karya kita. Itu semua karena selama pengendapan, cawan kita sudah terisi banyak hal baru. Jadi, ketika swasunting, kita akan banyak sekali menemukan ‘sampah’ dalam tulisan kita sendiri.
Jangan ragu untuk membuang tumpukan sampah itu. Jangan melekat kepada apa yang sudah kita tulis.
Oke, kita tahu, kita sadar, apa yang kita tulis adalah sesuatu yang berarti, sesuatu yang dikerjakan dengan usaha. Namun, jika tidak ada korelasinya dengan bagian lain dari naskah, untuk apa dipertahankan? Toh kita bisa menyisihkan bagian itu untuk dijadikan naskah lain.
Keempat, swasunting ulang.
Selalu periksa ulang segalanya, termasuk naskah yang sudah disunting. Mata manusia memang lensa paling sempurna, tetapi kadang konsentrasi yang tidak penuh menyebabkan luputnya beberapa hal. Ini bisa diminimalkan dengan pemeriksaan ulang.
Baca Juga: Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami setelah Letusan Besar Gunung Berapi
Dan, yakinlah, hal-hal luar biasa justru kerap hadir pada detik-detik terakhir. Rasanya mungkin seperti menyisakan kulit ayam untuk dimakan terakhir. Lezatnya sampai ke ubun-ubun.
Di tahap ini pula, kita akan melihat cukup banyak perbedaan dibanding versi pertama yang kita tulis. Tak jarang, perbedaan itu meliputi nyaris segalanya: alur, karakter, bahkan akhir cerita.
Satu hal yang pasti, jangan menyunting dari file yang sama. Selalu buat salinan ketika hendak melakukan perubahan. Ini sudah rumus baku. Sebab, kita tidak tahu dan tidak pernah menduga, kapan otak (juga hati, sebenarnya) kita agak ‘mbalelo’, mengkhianati apa yang sudah kita rancang sebelumnya. Jika kita merasa sudah melenceng terlalu jauh dari rencana, setidaknya kita masih punya garis awal untuk memulai lagi segalanya.
Baca Juga: Pembangunan Tahap I, Gedung Serba Guna Desa Bingin Jungut Telan Anggaran Rp241 Juta
Kelima, pastikan kalian memiliki sinopsis yang baik.
Kok, sinopsis?
Begini, yang pertama kali dilihat dan dibaca oleh editor adalah sinopsis. Bisa dikatakan, sinopsis tak ubahnya (meskipun ada perbedaannya) trailer untuk sebuah film. Jika trailer tidak menarik, jangan harap akan banyak orang menonton film tersebut.
Artikel Terkait
Relasi Sinergis Nahdlatul Ulama-Partai Gerindra
Hari Ibu: Antara Perayaan Hura-Hura dan Simbol Keadilan
Kiai Said Gus Yahya dan Kiai As’ad, Siapa yang Masih Pertahankan Citra Kesederhanaan NU?
Filosofi 'Brotherhood' di Kapal, Kesetiakawanan Pelaut Tergerus di Darat Karena 'Zombie' Kekuasaan
Membedah AD ART yang Dijadikan Modus PP KPI Klem 'Bukan Pelaut Anggota' Lagi
Ketertarikan yang Menghasilkan Keterkaitan dan Keterikatan
Pemikiran Gus Dur dalam Pergerakan PMII
Dominasi Amerika Serikat Akan Berakhir? Siapkah Kita Memasuki Era Pasca-Amerika?
Melepas Keriuhan, Menyambut Keheningan
Menikah atau Tidak Menikah?