KLIKANGGARAN--Sudah menyelesaikan naskah novel yang sejak bertahun lalu digarap? Selamat! Kalian sudah satu langkah menuju ketenaran sebagai penulis fiksi jempolan. Dapat berapa puluh ribu kata? Lima puluh ribu? Enam puluh ribu? Yang pasti bukan dua ribu kata, ya. Sebab, itu bukan novel, tetapi sambatan di media sosial.
Nah, sebelum menggarap, tentu kalian sudah punya bayangan akan diapakan naskah novel yang sudah selesai itu. Apakah akan diposkan secara bersambung di blog pribadi? Apakah akan dicoba dilempar ke penerbit tertentu? Atau, apakah akan dibiarkan saja dan menjadi kenangan?
Apa pun itu, ada kiat-kiat tertentu untuk mengelola naskah yang baru saja kalian selesaikan. Dan kiat-kiat ini sejatinya berlaku umum. Jadi, tidak hanya untuk naskah novel, tetapi bisa untuk segala jenis tulisan yang memang dimaksudkan untuk publikasi secara luas.
Tentunya artikel serupa sudah banyak diterbitkan. Membuktikan betapa pentingnya kiat-kiat ini demi menghasilkan tulisan yang berkualitas. Apa saja kiatnya? Mari kita simak.
Baca Juga: Mengapa Ubedilah Badrun Laporkan Gibran dan Kaesang ke KPK?
Pertama, endapkan naskah.
Setelah beberapa waktu berjibaku menyelesaikan naskah, kita berhak untuk istirahat. Bukan hanya tubuh yang butuh rehat, tetapi juga otak. Menggarap novel tentu tidak seperti mengerjakan hal lain seperti memasak atau berkebun. Menulis adalah pekerjaan otak. Maka, dalam sesi pengendapan ini, diharap otak mendapat istirahat cukup.
Bagaimana cara mengistirahatkan otak? Ya, ini bukan berarti tidak memakai otak sama sekali untuk berpikir. Hanya saja, otak perlu penyegaran. Kita hanya perlu memikirkan hal lain yang tidak terkait dengan naskah yang kita garap.
Yang punya hobi menonton film, bolehlah maraton mengunyah dua atau tiga film dalam satu hari. Yang punya hobi membaca, silakan lanjutkan bacaan apa pun yang sebelumnya sempat tertunda demi menyelesaikan naskah. Atau, yang punya hobi memasak, bisa kembali mengulik resep sesuai dengan selera. Intinya, lakukan apa pun yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita.
Baca Juga: Final India Open 2022, Besar Peluang Ahsan/Hendra Raih Juara Ganda Putra India Open 2022
Kedua, endapkan naskah lebih lama lagi.
Ibarat anggur, makin lama disimpan, makin kuat rasa dan aromanya. Begitu pula sebuah tulisan.
Ini bukan berarti kita harus melupakan naskah tersebut dalam jangka panjang. Akan tetapi, sembari mengendapkan, kita bisa mengosongkan cawan agar dapat diisi dengan hal-hal baru. Kita perlu mengalihkan fokus sejenak untuk mendapat sudut pandang yang berbeda. Ini penting. Sebab, dengan sudut pandang baru, kita bisa melihat sesuatu dengan bentuk berbeda.
Jangan berpikir untuk menetapkan durasi pengendapan selama satu minggu. Percaya diri saja, tetapkan minimal satu bulan. Dalam satu bulan, yakinlah, akan banyak sekali hal baru yang bisa kita rekam demi kepentingan swasunting naskah nanti.
Artikel Terkait
Relasi Sinergis Nahdlatul Ulama-Partai Gerindra
Hari Ibu: Antara Perayaan Hura-Hura dan Simbol Keadilan
Kiai Said Gus Yahya dan Kiai As’ad, Siapa yang Masih Pertahankan Citra Kesederhanaan NU?
Filosofi 'Brotherhood' di Kapal, Kesetiakawanan Pelaut Tergerus di Darat Karena 'Zombie' Kekuasaan
Membedah AD ART yang Dijadikan Modus PP KPI Klem 'Bukan Pelaut Anggota' Lagi
Ketertarikan yang Menghasilkan Keterkaitan dan Keterikatan
Pemikiran Gus Dur dalam Pergerakan PMII
Dominasi Amerika Serikat Akan Berakhir? Siapkah Kita Memasuki Era Pasca-Amerika?
Melepas Keriuhan, Menyambut Keheningan
Menikah atau Tidak Menikah?