KLIKANGGARAN--Gus Dur selalu menjadi sosok panutan bagi sebagian besar kader PMII. Pemikirannya mengenai kemanusiaan tentu memiliki kesamaan dengan pergerakan yang dilakukan oleh PMII dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat seperti sekarang ini.
Gus Dur telah mewariskan harta berupa pemikiran atau ide-ide kepada para anak muda, khususnya PMII. Hal tersebut membuat kelompok mahasiswa ini membangun dirinya menjadi organisasi pergerakan kemahasiswaan yang berbeda.
Tak bisa terhitung pula berapa banyak karya Gus Dur yang hingga saat ini masih relevan untuk dijadikan sebagai alat perjuangan PMII dalam memberikan pemahaman kepada banyak orang tentang kehidupan beragama yang damai dan lebih manusiawi.
Di masa sekarang, PMII sudah tidak selayaknya selalu memikirkan masalah-masalah global atau masalah yang bersifat makro. Bahkan sudah saatnya PMII meninggalkan cara kerja seperti partai politik, yang mana dapat mengakibatkan konflik antar anggota. Barangkali disitulah keinginan Gus Dur.
Baca Juga: Fakta Baru Herry Wirawan, Kepala Kejati : Pemerkosaan Dilakukan di Depan Istrinya
PMII sudah selayaknya menjadi sebuah organisasi kemahasiswaan yang tidak takut menjadi pengangguran intelektual dan memiliki keinginan untuk belajar mengenai teknologi untuk dapat menjawab segala persoalan-persoalan dari cepatnya perkembangan zaman serta membantu peran NU di kehidupan masyarakat.
Gus Dur adalah roh yang menjadi napas pada gerakan PMII. Bagi penulis, kepiawaian Gus Dur dalam menampilkan dirinya sebagai tokoh NU yang up to date atau fasih dalam ilmu-ilmu keislaman tradisional tentu menjadi modal PMII dalam bertindak secara bijak untuk menyelesaikan setiap persoalan. Akan tetapi, hal ini akan menjadi tanda tanya tentang seberapa mampu PMII melakukan pembaharuan di setiap tahunnya dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman.
Sekiranya jawaban tersebut kembali kepada anggota PMII itu sendiri. Mungkin untuk saat ini, PMII tidak hanya sekedar membuat acara-acara besar tanpa memikirkan goals atau tujuan dari acara tersebut. Tapi dapat dimulai dari menguasai hal-hal yang sederhana seperti bidang keilmuan teknis semacam pembelajaran pengembangan design grafis, sekolah bahasa, kelas penulisan, atau hal lainnya yang berhubungan dengan peningkatan intelektual.
Penulis yakin kalau PMII masih akan terus tumbuh dan berkembang, dapat menghasilkan kader berkualitas, atau mungkin menghadirkan kembali sosok kader yang betul-betul mewarisi pemikiran Gus Dur dalam melakukan pergerakan nantinya. Sehingga PMII tidak lagi sekedar organisasi yang mengurusi persoalan politik saja atau menjadikan citra dirinya sebagai organisasi yang bekerja layaknya partai politik.***
Artikel ini merupakan sebuah opini yang ditulis oleh Anas Eka Wrdana, Mahasiswa UNJ.
DISCLAIMER: Isi artikel tidak mengekspresikan pandangan dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Cagub Jabar dari Gerindra Ini Pernah Kritik Gus Dur, Akankah Warga NU Memilihnya?
Kyai Sepuh Tak Merestui Yeny Wahid, Gerindra Gagal Gandeng Putri Gus Dur
Menjerat Gus Dur pun Singgah di UNJ
Selamat Jalan, Kang Bagja: Mantan Sekjen PBNU Era Gus Dur Wafat
MEMBAJAK GUS DUR: Sebuah Duka Atas Pembajakan Buku "Menjerat Gus Dur"
Muhammadiyah Mengantar dan Mendukung GUS DUR Jadi Presiden Yang Ke-4
Buya Syafii, Poros Tengah, dan Gus Dur Presiden
BREAKING NEWS! Gus Im, Adik Kandung Gus Dur Wafat
Saiful Mujani: Pemikiran Cak Nur dan Gus Dur Perlu Diaktualkan Kembali
Mantan Jubir Gus Dur, Wimar Witoelar, Meninggal Dunia