Filosofi 'Brotherhood' di Kapal, Kesetiakawanan Pelaut Tergerus di Darat Karena 'Zombie' Kekuasaan

photo author
- Senin, 27 Desember 2021 | 13:04 WIB
Filosofi 'Brotherhood' pelaut di kapal tergerus di darat (Dok.klikanggaran.com/TeddyS)
Filosofi 'Brotherhood' pelaut di kapal tergerus di darat (Dok.klikanggaran.com/TeddyS)

KLIKANGGARAN - Perayaan hari Natal 25 Desember 2021, di posko Komunitas Pelaut Senior di Markas YAKE Jl. Raya Jatinegara Timur No. 61-65 Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur 13310 menyampaikan ucapan "Selamat Natal" kepada para sahabat pelaut Indonesia di mana saja berada yang merayakannya.

Dalam "Kasih dan Damai" yang senantiasa menyertai setiap perayaan hari Natal, serta yang senantiasa mengharapkan "Persaudaraan Dalam Kehidupan Kebangsaan". Komunitas Pelaut Senior merasa ada sesuatu yang hilang jika dalam kehidupan sehari-hari saat para sahabat pelaut berada didarat berkumpul dengan keluarganya.

Jika kita berada diatas kapal dengan crew kapal dari berbagai bangsa seperti jika kita bekerja di kapal-kapal pesiar asing di luar negeri, filosofi "Brotherhood" begitu kental, kuat dan dengan disertai perasaan kasih, damai serta rasa persaudaraan yang senasib dan sepenanggungan. Itu realita yang tercermin dalam kehidupan kaum pelaut dimana saja di dunia.

Sayangnya ketika kita off karena habis kontrak dan menunggu penempatan kembali yang juga tidak pernah tahu Jedah waktunya, pergaulan persahabatan kita yang senasib dan sepenanggungan jika ada dikapal terkesan tergerus banyak beban hidup yang harus survive. Sehingga filosofi "Brotherhood" terkesan buyar jika kita bertemu yang sebenarnya saling dimaklumi.

Baca Juga: Lesti Kejora Melahirkan secara Cesar, Rizky Billar Tulis Puisi untuk Anaknya, Isinya Penuh Kebahagiaan

Manakala dalam kondisi yang surutnya filosofi "Brotherhood" saat ada di darat apalagi bagi Komunitas Pelaut Senior yang sudah purnalayar, sangat merasakan suasana kebatinan yang tidak lagi seharmonis sewaktu kita sama-sama sekapal.

Apalagi jika kita mengerti dan memahami pentingnya hidup berkumpul dan berserikat dalam ikatan sesama pelaut, kita rasakan masih banyak kekurangannya.

Biar organisasi serikat pekerja dibentuk dari, oleh, dan untuk pelaut Indonesia sendiri. Biar sifat organisasi serikat pekerja profesi pelaut itu bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab.

Biar tujuan idealnya memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta peningkatan kesejahteraan pelaut dan keluarganya.

Juga banyak diantara sahabat pelaut yang kurang mengerti dan memahaminya. Mungkin baru menyadari ketika tersandung kasus seperti gaji belum dibayar, tertipu saat perekrutan, diperlakukan seperti sapi perah, dan berbagai kasus unik lainnya, sudah bukan merupakan rahasia umum lagi.

Baca Juga: Nama Lora Diara Kini Dikepoin Warganet Terkait Viralnya Layangan Putus, Siapakah Sebenarnya?

Tergerusnya suasana kebatinan yang dari kuatnya filosofi "Brotherhood" menjadi untuk kepentingan masing-masing karena salah satu alasannya adanya beban hidup jika ada didarat. Dengan jeli kemudian dijadikan obyek penderita, lahan basah dan move blacklist yang makin sulitnya rasa kesetiakawanan dirajut oleh para sahabat pelaut dan oleh "zombie" kekuasaan dijadikan asas manfaat yang untuk kepentingan kekuasaan dan kelompoknya.

Ketika kita di Komunitas Pelaut Senior bicara organisasi serikat pekerja profesi pelaut KPI (Kesatuan Pelaut Indonesia), karena memang Komunitas Pelaut Senior itu anggota KPI. Yang saat berlayarnya selain berdasarkan Individual Working Contract (IWC) antara pelaut sebagai awak kapal dengan perusahaan shipping manning agency, juga dilandasi oleh Collevtive Bargaining Agreement (CBA) antara KPI dan perusahaan angkutan laut atau pemilik atau operator kapal yang menempatkan pelaut anggota KPI sebagai awak kapal dikapal-kapal asing di luar negeri tersebut yang CBA itu diketahui atau diendorsement oleh Ditjen Hubla Kemenhub.

Tapi oleh "zombie" kekuasaan seperti Pengurus Pusat (PP) KPI sejak pasca Munaslub tahun 2001 sampai saat ini, dianggap jika pelaut habis kontrak dengan menunggu untuk kembali naik kapal sampai lebih dari dua tahun sehingga tidak akan bisa membayar uang iuran ke organisasi KPI. Langsung oleh "zombie" PP KPI dianulir jika mereka itu bukan pelaut anggota KPI lagi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X