Novel Melukis Langit 2, Gumpalan Awan Hitam

photo author
- Jumat, 5 November 2021 | 18:10 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Aji diam. Dia tahu yang dikatakan istrinya itu benar, tapi dia belum ingin ke kantor, belum ingin bertemu teman-temannya. Aji belum ingin menerima tuduhan-tuduhan tak masuk akal itu dan yang paling penting, belum ingin memaafkan mereka. Sakit hati masih menggumpal di dada Aji.

Baca Juga: KPK Putuskan Perpanjang Masa Penahanan Dodi Reza dkk 40 Hari ke Depan, Berikut Alasan Penyidik

“Tiap hari orang kantor telpon menanyakan, kenapa Mas Aji lama nggak masuk, kapan Mas Aji akan masuk, dan banyak pertanyaan lagi. Aku hanya bisa menjawab sebatas yang aku tahu, itu pun kadang salah menurut Mas Aji.”

Suasana hening beberapa saat. Puniawati memejamkan matanya, mengalunkan doa untuk ketenangan hati sang suami. Dia tak ingin mengisi hari ini dengan berdebat lagi seperti hari-hari lalu. Gurat lelah terukir di wajahnya.

"Kamu lebih suka mana, aku bekerja di kantor atau usaha sendiri seperti yang kamu lakukan sekarang?" tanya Aji tiba-tiba, mengalihkan topik pembicaraan.

Sebelum menjawab pertanyaan yang memang sudah sering dilontarkan Aji padanya itu, Puniawati menatap suaminya ingin mencari tahu, apa sesungguhnya yang ingin dicari lelaki yang sangat dihormatinya itu. Dadanya semakin berat oleh beribu tanya. Dari hari ke hari suaminya selalu mengulang pembicaraan dan menanyakan hal yang sama padanya.

Baca Juga: Tubagus Jody, Sopir Vanessa Angel, Tak Angkat Telepon dari Ayah Bibi yang Mencari Keberadaannya

Puniawati merasa tak ada kemajuan dalam pembicaraan mereka. Sementara sawah menguning milik petani di kejauhan hanya bisa menjadi saksi bahwa kehidupan harus terus berjalan, walaupun mendung semakin gelap. Puniawati diam sejenak, memilih kalimat dengan hati-hati agar suaminya tak marah lagi.

"Aku nggak bisa jawab lebih suka yang mana, Mas.”

“Cobalah kamu pilih.”

“Aku juga nggak bisa milih, semua aku serahkan pada Mas Aji."

"Aku pengen, kamu yang memilih dan menentukan."

"Nggak bisa begitu Mas, yang akan menjalani Mas Aji, tetap bekerja di kantor atau usaha sendiri. Aku nggak mau memilih untuk sesuatu yang bukan aku pelakunya."

Baca Juga: Novel Melukis Langit 1, Memeluk Prahara

"Tapi, dalam hal ini aku pengen kamu yang menentukan, karena aku tidak ingin apa yang aku putuskan nanti salah dan membuatmu susah."

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X