Kisah Keluarga Yang Kehilangan Kepala Keluarga Dalam Cerpen Rantai’: Telaah Psikoanalisis Sigmund Freud

photo author
- Jumat, 26 April 2024 | 01:36 WIB
Ilustrasi (Dok. Istimewa)
Ilustrasi (Dok. Istimewa)

KLIKANGGARAN -- Cerpen ‘Rantai’ merupakan salah satu karya sastra yang dapat ditelaah dengan psikoanalisis. Teori psikologi kepribadian yang pertama ditemukan oleh Sigmund Freud.

Bapak psikoanalisis ini mendeskripsikan kepribadian sebagai gabungan tiga komponen: id, ego, dan superego.

Interaksi antarkomponen tersebut dapat membantu menjelaskan perilaku seseorang. Freud juga percaya bahwa pengalaman masa kecil berdampak besar pada kepribadian.

Setiap manusia pasti akan merasakan yang namanya kehilangan yang kita sayangi entah apapun itu, dan kita sebagai manusia harus mampu untuk beradaptasi dan menerima kenyataan pahit itu. Syarifah lestari mengajak pembacanya untuk bisa mengikhlaskan apa yang telah diambil oleh Tuhan pada cerpen ‘Rantai’.

Salah satu konsep yang menggambarkan pada cerpen "Rantai" Ini adalah dinamika kepribadian. Menurut pendapatnya Freud, energi manusia dapat dibedakan dari penggunaannya yaitu, aktivitas fisik disebut energi fisik dan aktivitas psikis disebut energi psikis. Id dengan nalurinya merupakan media atau jembatan dari energi fisik menjadi kepribadian.

Syarifah lestari bercerita tentang sebuah keluarga yang sangat semrawut dan berantakan dengan di terjal sebuah masalah besar.

Orang-orang menangis, ada yang lambat ada pula yang histeris. Kendaraan-kendaraan yang ketika jauh nampak kencang, mengurangi kecepatan demi menghormati bendera kuning yang berkibar di dua sisi gang. Seorang pria wafat meninggalkan anak dan istrinya, dan memberikan luka yang sangat mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Syarifah lestari juga bercerita dalam cerpennya bahwa betapa pentingnya sosok kepala rumah tangga bagi sebuah keluarga. Ketika sebuah keluarga kehilangan sosok kepala yang mengatur semua anggota keluarganya.

Mulai dari materi, ilmu pendidikan, dan lain sebagainya digantikan oleh seseorang yang mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab dan seorang ibulah yang harus bertanggung jawab untuk menggantikan ayah sebagai kepala keluarga.

Tapi seorang ibu kewalahan saat menggantikan peran sebagai kepala keluarga. Alih-alih dia mau menikah lagi tujuannya untuk memperingan beban yang harus dipikul, malah anak anaknya tidak menyetujui dan menentangnya.

Penulis : Agus suhendar mulki
Sumber : www.iluvtari.com

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X