Novel Melukis Langit 2, Gumpalan Awan Hitam

photo author
- Jumat, 5 November 2021 | 18:10 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Lalu, keluarga Mas Aji akan dengan mudah kembali menyalahkan aku jika kelak di kemudian hari ada masalah? Begitukah? Tidak bisakah Mas Aji bertanggung jawab sendiri atas apa yang sudah Mas putuskan? Kenapa selalu Mas limpahkan ke pundakku setiap permasalahan dan tanggung jawab yang harus kita ambil? keluh Puniawati dalam hati. Hatinya ingin berontak, tapi lidahnya kaku, diam.

“Aku ingin Mas Aji melakukan yang Mas sukai,” jawab Puniawati akhirnya.

Aji mendengus, tak puas dengan jawaban Puniawati. Matanya menatap tajam menuntut jawaban. Dia merasa belum dapat berpikir dengan jernih, maka dia merasa berhak menuntut, istrinyalah yang harus memilih.

Kembali Puniawati menghela napas panjang, masih tak dia temukan arah dari pertanyaan suaminya. Puniawati terlihat semakin lelah, mungkin karena harus selalu mengulang jawaban yang sama. Pada setiap persoalan, Puniawati merasa belum pernah ada di posisi yang nyaman.

Baca Juga: Pekerjaan TA Pupuk Kaltim Bermasalah, Ada Potensi Kelebihan Pembebanan HPP Minimum Senilai Rp8 Miliar

Maka kali ini dia memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam menjawab pertanyaan suaminya. Pengalaman membuatnya banyak belajar, bagaimana harus menyikapi pelemparan tanggung jawab yang selama ini lebih sering membuatnya tersudut dan salah.

Persoalan Reno bukan dia yang memutuskan. Tanpa bertanya dan meminta persetujuannya, tiba-tiba Aji membawa Reno ke kantor untuk menempati posisi yang sama sekali di luar keahlian adiknya.

Puniawati sangat mengerti dan sangat bersyukur atas niat baik suaminya, tapi tidak lantas yang berisiko. Puniawati sangat tidak setuju saat itu dan semua sudah terlambat ketika dia mencoba mencari tahu, apa sebenarnya yang telah terjadi.

Sampai tiba-tiba udara di sekelilingnya menjadi panas dan sempit, hampir tak ada ruang untuk bergeser atau menghimpun ketenangan agar bisa mencerna masalah dengan baik. Adiknya dituduh korupsi, keluarganya merasa tersinggung dan marah padanya.

Baca Juga: 2021 Empat Ruas Tol Sudah Dijual, Hingga 2025 Waskita Akan Kembali Lepas Sejumlah Ruas Tol

Keluarga suaminya pun tak kalah marah dan merasa dirugikan. Semua menjadi pemarah dan suaminya tiba-tiba tak mau lagi bekerja. Puniawati hanya bisa bertanya dalam hati, ada apa?

“Kamu istriku, mustahil tak punya keinginan dan impian tentang bagaimana masa depan kita kelak. Lagian, apa susahnya sih, kasih pendapat buat suami?” kejar Aji memecah hening.

"Bagiku keduanya sama, Mas,” jawab Puniawati, mencoba mencari kalimat yang pas.

“Masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kalau Mas Aji kerja di kantor, uang kita banyak dan sudah dapat dipastikan kapan datangnya, bahkan bisa jadi makin berlimpah karena pendapatan kita berasal dari berbagai sumber. Gaji Mas, hasil usaha kita, itu lebih dari cukup. Makanya, aku bisa menyalurkan sebagian dari rezeki itu untuk orang lain yang membutuhkan."

Puniawati berhenti sejenak, menatap suaminya yang masih diam. Mata itu semakin kelam dilihatnya, tak ada reaksi atas apa yang diucapkannya. Tidak dengan kalimat, tidak juga dalam sorot mata.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X