Baca Juga: Jokowi Tak Dijemput Pejabat saat Pulang ke Tanah Air, Sekretariat Presiden Berikan Penjelasan
"Tapi,” lanjut Puniawati, “kita jarang bertemu, apalagi anak-anak.” Merasa aman, Puniawati melanjutkan diplomasinya. “Mereka hampir tidak pernah bertemu Mas Aji karena jam kerja hampir dua puluh empat jam tiap harinya. Sedangkan kalau Mas usaha sendiri, enaknya kita akan sering bertemu karena waktu untuk bekerja bisa kita atur sendiri, tapi secara keuangan belum bisa kita bayangkan bagaimana hasilnya dan apa yang akan terjadi kelak.”
Aji masih diam.
“Ini juga dipengaruhi bagaimana kita menjaga kedekatan kita dengan Allah." Puniawati mencoba berbicara lebih santai. “Semua ada kelebihan dan kekurangannya, Mas. Makanya, apa pun keputusan Mas Aji, aku dukung penuh.” Ditatapnya sang suami sambil tersenyum, berharap tidak ada lagi pertanyaan.
Tapi, harapan Puniawati tak bersambut. Aji masih menatapnya tidak puas. Kemudian tanpa berkata lelaki itu berdiri dan meninggalkan istrinya sendiri di teras rumah yang tiba-tiba menjadi lebih dingin dan beku dari hari-hari sebelumnya. Tak ada lagi senda gurau walau hanya untuk sekedar basa-basi, tak ada lagi ciuman rindu. Semua lenyap, menguap dengan cepat.
Puniawati duduk sendirian sekarang. Dilemaskannya pundak, lalu bersandar di kursi mencoba tenang. Malam semakin larut, membisikkan aroma cinta dan nestapa secara bersamaan. Angin bertiup kencang seolah ingin ikut bertanya, siapa yang patut disalahkan?
Baca Juga: Gala, Buah Hati Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah, Papamu Akan Menemanimu Berjalan, Nak
Mendadak mata Puniawati melebar, menatap bayangan hitam yang melintas di antara tiupan angin di depannya. Kuduknya meremang saat melihat dirinya berada dalam gumpalan awan hitam yang melaju pesat seperti ingin melandanya, lalu hilang.
Sedemikian cepat, seperti mimpi. Puniawati mendekap wajahnya berusaha mengusir bayangan itu, lalu mengalunkan doa dan dzikir dengan lembut dalam hati, untuk mendung yang dilihatnya semakin dekat menghampiri.
Belakangan, Puniawati sering melihat kelebatan dan bayangan aneh dalam gumpalan awan hitam. Bayangan-bayangan yang dirasanya asing dan aneh itu sering datang padanya di saat dia sendirian. Tak jarang menghantuinya di dalam mimpi. Semua dia rasakan seperti tentang apa yang akan terjadi dalam kehidupan rumah tangganya, tapi tak satu pun bayangan itu dapat dibagi dan disampaikannya pada sang suami.
Jika Puniawati terpaksa harus menyampaikan salah satunya, maka amarah Aji yang dia terima. Selanjutnya Puniawati memilih diam, menikmati lukisan demi lukisan kehidupan yang digelar di hadapannya.
*
Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Kota Batu Malang, Jatim Waspada Bencana Hidrometeorologi
Di sebuah pelataran parkir rumah makan. Setelah memarkir mobilnya, Puniawati memasuki rumah makan dengan langkah tegap. Dipilihnya kursi di sudut, dan tersenyum pada pelayan yang datang membawa buku menu. Puniawati memesan kopi, menyalakan kretek, kemudian mengambil ponsel di tas dan menuliskan sebuah pesan.
“Saya sudah di lokasi, Pak. Mohon dipastikan semua datang, ya. Terima kasih.”