KLIKANGGARAN--Menjadi penulis novel mungkin terdengar keren. Dianggap sebagai orang cerdas, memiliki sisi romantisme tebal, punya banyak penggemar, buah pikirannya ada di mana-mana. Menulis apa pun, pasti akan ada yang membacanya.
Namun, ternyata menulis tidak semudah dibayangkan. Bagi yang memiliki bakat alami, tentu menulis novel layaknya bernapas, tidak perlu diajari, sudah terjadi secara alamiah. Akan tetapi, bagi yang tidak memiliki keterampilan secara alami, kemampuan menulis novel harus dilatih.
Caranya? Ya, banyak berlatih. Bisa secara mandiri dengan melihat contoh-contoh tulisan yang sudah banyak beredar. Atau, memilih mengikuti kelas menulis yang akhir-akhir ini banyak sekali gelarannya, mulai dari yang gratis sampai yang berbayar.
Kemarin suasana media sosial agak heboh dan ramai di lingkaran para penulis. Pasalnya adalah sebuah infografis pelatihan menulis. Oh, ini bukan sembarang pelatihan menulis. Ini adalah pelatihan menulis yang spesial. Satu hari menulis satu novel. Spesial, bukan?
Malah saya juga menemukan infografis lain, sebuah iklan acara pelatihan yang sudah lampau, dengan jargon satu jam menulis satu buku. What the heck?
Satu jam, satu buku? Buku apa? Buku catatan kasbon? Atau, buku cerita anak setipis hadiah Happy Meal McDonalds? Kalau yang dimaksud adalah novel, apakah masuk akal, mengingat rata-rata karya jenis tersebut berkisar LIMA PULUH RIBU KATA?
Lalu, bagaimana dengan proses swasunting? Apakah itu tidak perlu? Kalau sudah begini, jangan merajuk jika editor menganggap hasil tulisan tersebut setara sampah.
Teman-teman penulis bereaksi atas infografis “satu hari satu novel” tersebut. Kebanyakan dari mereka jelas heran, terkejut, dan berujung mengomel di media sosial, mempertanyakan kebenaran konsep pelatihan tersebut. Memangnya bisa menulis satu novel utuh dalam satu hari?
Artikel Terkait
Jangan Main-Main dengan Semesta Kecil Djenar yang Mahabasah!
Apa yang Perlu Dilakukan Jika Anak Tantrum di Tempat Umum?
Bicara Drakor, Punya Pasangan Orang Korea Enak ngga, sih?
Makna Sumpah Pemuda buat Milenial Kekinian
Makna Sumpah Pemuda buat Pejabat
Jangan Meletakkan Kebahagiaan di Mulut Orang
Revolusi Bahasa
Keikutsertaan Lendir dalam Sebuah Karya Sastra
Menyamakan Editor dengan Polisi Saltik: Anda Waras?