KLIKANGGARAN-- Siapa yang doyan main-main? Bermain apa saja. Mulai dari main boneka sampai (memper)main(kan) hati orang lain. Mulai dari main sendirian sampai beramai-ramai layaknya bentengan atau gobag sodor.
Semua orang suka bermain, meskipun tidak ingin dibilang main-main jika sesuatu yang dimainkan ternyata tidak lazim. Yah, contohnya bermain-main dengan kelamin seperti yang diceritakan Djenar dalam sebuah cerpen berjudul Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
Penggemar cerita basah tentu mengenal nama Djenar Maesa Ayu dengan baik. Di balik kisah hidupnya sendiri yang agak nganu, tidak ada yang meragukan kualitas tulisan Djenar. Iya, Djenar tidak pernah main-main dalam menulis, meskipun kita tahu, ada permainan seru dalam tiap tulisannya.
Baca Juga: Hari Ini KPK Jadwalkan Pemanggilan Istri Dodi Reza, Erini Mutia Yufada
Seperti judul bukunya, kumpulan cerpen ini dibuka dengan karya eksperimental (oh, nyaris semua karya Djenar adalah bentuk eksperimen sebenarnya) bertajuk Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Saya sempat menyinggungnya sedikit di dinding Facebook saya.
Teknik yang dipakai Djenar di cerpen tersebut—dan juga sekian judul lainnya—adalah pengulangan. Satu paragraf panjang ia ulang sesuai dengan jumlah sudut pandang dalam kisah. Ada empat mata yang membawakan kisah kepada pembaca: mata si suami, mata teman si suami, mata pacar si suami, dan mata istri si suami.
Mari kita simak pembukaannya.
---
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Saya sangat tahu aturan main. Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
Baca Juga: Pemancing Ditemukan Tim SAR Mengapung Tak Bernyawa di Pantai Karang bolong, Kebumen.
Saya heran, selama lima tahun mereka menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala mereka tentang pernikahan. Tapi jika saya katakan hubungan mereka itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas mereka akan menolak. Mereka sangat tahu aturan main. Bagi mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa mereka lakukan dalam lima tahun?
---
Paragraf pertama adalah narasi si suami, dan yang kedua adalah narasi si teman. Masih ada dua sudut pandang lagi yang serupa-tetapi-tak-sama dari mata si pacar dan si istri. Dan pengulangan seperti itu terjadi di tiap fragmen.
Asyik, memang, menyimak gaya bercerita yang berbeda dari yang sudah-sudah. Akan tetapi, jika kita bukan tipikal orang yang sabar, membaca pengulangan seperti itu akan membosankan. Apalagi, jika ditulis dalam satu paragraf panjang yang bahkan lebih dari satu halaman. Seperti dalam cerpen berjudul Staccato.
Artikel Terkait
Relasi Antara Caper, Baper, dan Laper
Menengok Kompleksitas Dunia Wanita pada Masa Lalu
Kata Kuntowijoyo, (Laki-Laki) 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga', ketika Ayah Menjadi Pusat Hidup
Mengapa Artikel Non Fiksi yang Ditulis Para Pegiat Fiksi Cenderung Lebih Enak Dibaca?
SD IT atau SD Negeri? Ketika Orang Tua Harus Memilih Pendidikan Dasar
Mengapa Anda Memilih Profesi Sebagai Guru? Apa sih Prestise Seorang Guru?
Jatuh Cinta, lalu Mencintai Hingga Terluka, Layakkah?
Menulis: Menangkap Ide dan Memenjarakannya