Mari simak penggalannya.
---
Pagi hari. Rokok. Kopi. Gosok gigi. Mandi. Apa lagi? Pagi hari. Rokok. Kopi. Roti. Lari pagi. Gosok gigi. Mandi. Lantas? Pagi hari. Rokok. Kopi. Roti. Lari pagi. Gosok gigi. Mandi. Wangi. Birahi. Pasangannya mana? Pagi hari. Rokok. Kopi. Roti. Lari pagi. Gosok gigi. Mandi. Wangi. Birahi. Rebah di sebelah suami. Kecup kedua mata dan pipi. Berbisik manja minta disetubuhi. Asyik …. Pagi hari. Rokok. Kopi. Roti. Lari pagi. Gosok gigi. Mandi. Wangi. Birahi. Rebah di sebelah suami. Kecup kedua mata dan pipi. Berbisik manja minta disetubuhi. Matanya terbuka lantas terpejam lagi. Ia berbalik badan dan membelakangi …
Baca Juga: Salah Hattrick, Tagar Oleout Pun Bergemuruh!
---
Paragraf itu masih sangat panjang, melibatkan banyak penambahan detail, sampai pada konklusi si istri tidak jadi disetubuhi. Si suami malah bangun dengan terkejut ketika mendapati kelaminnya dijilati sang istri. Si suami buru-buru mandi, tidak merokok, tidak minum kopi, berkata akan banyak meeting, dan meninggalkan si istri sendiri di rumah, meskipun berjanji menemani party malam harinya.
Lihatlah! Betapa Djenar gemar bersenang-senang (dan tentunya bermain-main) dengan fragmen-fragmen yang kerap dirasa getir oleh sebagian orang lainnya. Yah, apa tidak getir, ditolak bermesraan oleh suami sendiri?
Secara keseluruhan, kumpulan cerpen ini lahir dengan tone cerita yang gelap, pekat, dan kelam. Bagi kalian yang tidak menyukai kalimat-kalimat jujur nan frontal, sebaiknya tidak memilih buku ini sebagai bahan bacaan. Apalagi, yang masih merasa seks adalah hal tabu bagi ranah sastra, jauh-jauh saja dari tulisan Djenar.
Baca Juga: Guantanamo: Kesaksian Sopir Taksi yang Dipenjarakan di Sana
Padahal, seperti seniman lainnya, Djenar tidak melulu menghadirkan seksualitas sebagai sesuatu yang hura-hura dan tanpa dosa. Kalian akan menemukan sesuatu yang berbeda dalam cerpen Ting!. Kisah tentang seorang perempuan yang menjual tubuh demi hidup orang lain yang amat ia cintai. Tidak hanya seseorang, tetapi seorang anak.
Pada akhirnya, sebelas cerita dalam buku ini akan lebih membuka pikiran serta mata hati kalian terhadap dunia basah yang kerap dicemooh kaum tertentu. Sebab, sejatinya, tidak pernah ada label ketika kita lahir. Pun, kala menjalani hidup, kita tidak perlu bermain-main dengan label hanya demi mendapat predikat suci dan adiluhung. Sekian.
DATA BUKU
Judul buku : JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU)
Penulis : Djenar Maesa Ayu
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Artikel Terkait
Relasi Antara Caper, Baper, dan Laper
Menengok Kompleksitas Dunia Wanita pada Masa Lalu
Kata Kuntowijoyo, (Laki-Laki) 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga', ketika Ayah Menjadi Pusat Hidup
Mengapa Artikel Non Fiksi yang Ditulis Para Pegiat Fiksi Cenderung Lebih Enak Dibaca?
SD IT atau SD Negeri? Ketika Orang Tua Harus Memilih Pendidikan Dasar
Mengapa Anda Memilih Profesi Sebagai Guru? Apa sih Prestise Seorang Guru?
Jatuh Cinta, lalu Mencintai Hingga Terluka, Layakkah?
Menulis: Menangkap Ide dan Memenjarakannya