Jatuh Cinta, lalu Mencintai Hingga Terluka, Layakkah?

photo author
- Kamis, 14 Oktober 2021 | 21:54 WIB
Jatuh cinta dengan menggunakan nalar (Dok.pexels.com/ArthurBrognoli)
Jatuh cinta dengan menggunakan nalar (Dok.pexels.com/ArthurBrognoli)

Klikanggaran.com - Jatuh cinta, siapa yang tidak pernah merasakan? Setiap kita pasti memilki harapan yang sempurna. Nantinya kita akan menjatuhkan hati kita pada pasangan seperti apa, ingin punya pasangan dengan paras rupawan, gagah dengan bulu dada atau pasangan selembut Lee Min Ho dengan finansial yang mapan. Hidup kita dimanja layaknya ratu.

Sayangnya, mimpi-mimpi itu hanya ada dalam dongeng Hans Christian Anderson atau dalam Drama Korea yang banyak kita gandrungi. Hidup nyatanya tidak semanis itu. Jatuh cinta itu seumpama kita berdiri di bawah pohon, lalu ada daun jatuh di bahu kita. Kita tidak akan pernah tahu kapan, di mana, dan dengan siapa hati kita akan dijatuhkan.

Lalu, setelah cinta itu jatuh, setelah jatuh cinta, bagaimana? Apakah Dia sosok yang sempurna seperti yang kita dambakan?

Baca Juga: Bupati Batang Hari MFA Pimpin Rakor MCP KPK RI dengan OPD di Linkup Pemda Batang Hari

Mungkin dari sepuluh kriteria yang kita simpan dalam angan kita, cuma sebagian kecil yang memenuhi. Sisanya sama sekali keluar dari sana. Alih-alih kita menjatuhkan hati dan jatuh cinta pada pribadi yang lembut dan penyayang, yang ada bertemu dengan dia, sosok yang keras atau egois.

Alih-alih lagi jatuh cinta pada lelaki yang giat bekerja, yang ada kita malah menjatuhkan hati kita pada pribadi yang begitu santai atau pemalas. Lebih parah lagi, tidak jarang hati kita jatuh pada pribadi yang tidak pernah menjatuhkan hatinya pada kita.

Apakah saya pernah menjatuhkan hati pada pribadi yang salah? Jelas pernah. Dia laki laki yang tidak tampan, tidak cakap bekerja, tetapi saya selalu terpukau dengan kemampuannya saat mainkan alat musik.

Baca Juga: Film Black Panther, Letitia Wright Bantah Laporan kalau Dirinya Anti-Vaksin

Dia pianis dan pemain gitar klasik yang handal, laki-laki yang cerdas. Apa pun pertanyaan saya tidak pernah ada kata tunda untuk menjawab, bagi saya laki-laki cerdas itu sexy.

Kami menjalin hubungan hampir tiga tahun. Awalnya hubungan kami begitu indah, apa pun yang dia pilih atau dia putuskan, saya punya beribu alasan memaklumi.

Selalu minta bantuan uang misalnya, saya selalu penuhi. Asal dia bahagia, asal dia tenang, itu alasannya. Melihat senyumnya atau mendengar dia bisikkan I love You, bagi saya semuanya terbayar lunas.

Dia pribadi yang sangat posesif, hingga saya harus siaga dengan handphone saya, bahkan ketika saya sedang di kamar mandi. Supaya saat dia mendadak menghubungi saya, saya bisa segera jawab.

Baca Juga: Staf Khusus Menteri BUMN 'Ngatain' Pernyataan Faisal Basri Konyol, Responsnya Kok Gitu Amat Ya?

Belum lagi jika saya harus menghadapi kemarahannya. Dia tidak hanya menghukum secara verbal dengan kalimat yang menyakitkan, tetapi pukulan fisik juga tidak jarang harus saya terima. Di sini saya tahu bahwa setiap kita bisa saja jatuh cinta, tetapi untuk mencintai dengan sadar kita butuh nalar.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Cerpen: Wanita Jalang

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X