Klikanggaran.com - Apakah kamu pernah caper, baper, dan laper di saat nyaris bersamaan? Bagaimana relasi antara ketiganya terbentuk? Lantas, adakah jalan keluar dari tiga kondisi yang membagongkan tersebut?
Caper adalah akronim dari cari perhatian. Sementera baper adalah badut perang. Eh, ralat. Baper adalah bawa perasaan. Lalu, laper adalah kondisi ketika lambung meminta perlakuan khusus bin spesial agar tidak ada cairan asam yang keluar sia-sia sehingga menimbulkan rasa perih luar biasa ibarat ditinggal pacar pas lagi sayang-sayangnya. Duh!
Ketiga terminologi tersebut jika berdiri sendiri-sendiri tentu akan kurang memberi drama. Caper hanya akan membuat otak lelah. Baper hanya akan membuat hati lelah. Laper hanya akan membuat naga di lambung berontak. Maka, mari kita gabungkan ketiganya untuk membangun drama lucu nan unyu.
Baca Juga: Heboh Bendera Mirip HTI di Meja Pegawai KPK, LSAK: Ini Perlu Diselesaikan Secara Tuntas
Bukalah media so(k)sial langganan kamu. Carilah akun gebetan, lalu berkomentarlah di salah satu posnya. Komentar asal juga tidak apa-apa, tidak perlu relate dengan isi posnya. Yang penting ia melihatmu, membaca keinginanmu membangun komunikasi dengannya.
Kemungkinannya hanya ada dua. Pertama, ia membalas komentarmu. Kamu membalas lagi. Komunikasi terjadi, berlangsung lancar, dan berubah menjadi khidmat saat berpindah ke kotak pesan pribadi. Kamu senang, ia pun mungkin juga senang.
Kedua, ia membalas komentarmu, tetapi dengan kalimat pengunci, yang membuatmu tidak bisa melangkah, membuatmu kehilangan kesempatan membangun komunikasi dengannya. Kecuali, kamu nekat, yang mungkin berlanjut dengan gerakan blokir tanpa ampun darinya. Duh, baper sudah!
Baca Juga: 40 Karyawan PLN yang di-PHK Tuntut Keadilan
Kamu keluar dari media so(k)sial, membuka aplikasi pemutar musik, tetapi lupa belum melakukan perpanjangan biaya langganan. Malas menyetel musik berjeda iklan, akhirnya lari ke YouTube yang juga ada pariwaranya.
"Tapi, kan, lebih asyik, bisa lihat wajah penyanyinya." Iya, plus, lebih mudah baper semisal ada adegan yhang-yhangannya. Wassalam dan selamat datang di universe mahabaper ciptaanmu sendiri.
Tetapi, kamu betah berlama-lama di sana. Makin diresapi, makin tinggi angan dan khayalmu untuk memiliki dirinya yang mahacakep dan mahacerdas walaupun mahasemok. Kemudian, lambungmu mengirim sinyal ke otak, berharap ada seporsi nasi padang lauk kikil yang mampir dengan segera. Hanya saja, sinyal dari hati ke otak ternyata lebih kuat. Inginnya terus memutar ulang lagu-lagu yang relate dengan kebaperan kamu.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Baru Akan Diperlukan pada Pertengahan 2022 untuk Perangi Virus Generasi Berikutnya
Satu jam, dua jam, sampai terlewat dua minggu, lambung tak juga terisi. Ehm, itu lambung atau status kamu, sih? Betah amat kosong. Tolong jangan dibiasakan, ya. Lambung harus tetap diperhatikan. Jangan sampai terkena gastritis hanya karena mbelani berbaper-baper ria.
Akhir kata, jika ingin caper, persiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Juga, carilah waktu caper yang tepat. Jangan pas gebetan sibuk salto, kamunya ngeyel nyepam akunnya dengan serangan ikon hati. Kasihan juga kamunya, nanti ketahuan sama pacar gebetan. Eh, gimana?
Artikel Terkait
Lima Alasan Kamu Harus Main ke Bali, Bisa Tambahkan Alasan Lainnya, Ngak?
Naskah Novel Juga Harus Tampil Cantik, Ini Kiat-Kiatnya!
Orang-Orang Oetimu: Timor, Sopi, dan Takdir Sersan Ipi dalam Sepenggal Kisah
Duet Bakso Mercon dan Kuah Taichan, Sekuat Apa sih Kamu Bisa Tahan Pedasnya?
Secret Door