Menulis: Menangkap Ide dan Memenjarakannya

photo author
- Jumat, 15 Oktober 2021 | 05:25 WIB
Ilustrasi (Klikanggaran/@sekar_mayang)
Ilustrasi (Klikanggaran/@sekar_mayang)

KLIKANGGARAN-- Menulis, bagi sebagian orang, adalah kegiatan serupa bernapas yang otomatis terlaksana, apa pun kondisinya, yang penting hidung tidak sedang buntu.

Namun, bagi sebagian lainnya, menulis adalah kegiatan yang menguras pikiran dan tenaga, apalagi jika sehari-hari tidak terbiasa dengan bahan bacaan.

Ketika di bangku sekolah dasar, tentu kita pernah mendapat tugas menulis dari guru. Umumnya mengarang cerita (super)pendek, sekitar dua ratus sampai tiga ratus kata.

Baca Juga: Bismillah,...Diberhentikan dari KPK, Novel Baswedan Pilih Jadi Youtuber, Semoga Berkah

Tema yang sering muncul rata-rata soal liburan sekolah atau bercerita soal keluarga atau tema ringan lainnya. Sebagian akan bersorak riang, sebagian serasa menerima hukuman tanpa remisi.

Bagaimana menulis bisa jadi hantu menakutkan? Apakah sesulit itu bicara melalui kata-kata tertulis? Apakah ini ada hubungannya dengan bakat atau kegemaran?

Yah, menulis memang aktivitas yang cukup rumit. Terlepas dari segala macam riset dan penyerapan pengetahuan, menulis adalah sebuah terapi.

Baca Juga: Jatuh Cinta, lalu Mencintai Hingga Terluka, Layakkah?

Jamak diketahui bahwa menulis secara rutin dapat memperlambat proses penurunan kinerja otak. Boleh dibilang, menulis merupakan terapi agar tidak cepat pikun. Itu benar adanya.

Beberapa orang mengaku ingatannya masih cukup kuat karena sehari-hari mereka menulis. Entah jurnal, entah esai, entah fiksi, yang penting ide di kepala tertuang menjadi tulisan.

Sebagian orang mungkin beranggapan keterampilan menulis didapat dari bakat. Itu tidak benar. Bakat memang berpengaruh, tetapi tidak signifikan. Yang paling memengaruhi adalah durasi dan konsistensi latihan.

Baca Juga: Bupati Batang Hari MFA Pimpin Rakor MCP KPK RI dengan OPD di Linkup Pemda Batang Hari

Coba saja kalian tanya para penulis top, apakah mereka mendapatkan keterampilan menulis hanya dalam satu atau dua malam? Ah, terlalu pendek. Ralat. Apakah mereka langsung mahir menulis dalam satu atau dua bulan? Jawabannya, tidak.

Perlu waktu bertahun-tahun hingga mereka menghasilkan tulisan yang begitu bernas dan bermakna. Tentu saja, proses itu didukung dengan bahan bacaan yang tak terhitung jumlahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X