Klikanggaran.com-- Apakah Anda orang tua yang sedang galau untuk menyekolahkan anak Anda di mana pada tahun ajaran baru nanti? Di SD IT atau SD Negeri? Kalau iya. Sama halnya dengan penulis. Penulis sejujurnya sedang menimbang-nimbang sekolah yang pas untuk anak penulis yang sebentar lagi masuk SD. Apakah masuk ke SD IT atau SD Negeri. Dalam kesempatan ini, penulis menimbang-nimbang keduanya berdasarkan pengalaman-pengalaman orang tua yang menyekolahkan anaknya di SD IT dan SD Negeri.
Dari sudut pandang jarak, keduanya, SD IT dan SD Negeri, dekat dari rumah. Mudah dijangkau. Ibu si anak pun bisa dengan mudah mengantarkan. Namun, berbicara sekolah tidak sebatas berbicara jarak. Ada hal-hal lain yang masih kami timbang-timbang selaku orang tua. Mungkin Anda juga.
SD IT dan SD Negeri Soal Pembinaan Akhlak
Ini yang kami dapat dari pengalaman orang tua yang anaknya disekolahkan di SD IT. Dari sisi pembinaan akhlak, mereka dianggap lebih unggul. Wallahualam. Apakah karena jumlah anak dalam satu kelas di SD IT yang tidak sebanyak jumlah siswa di negeri. Dengan begitu, guru mudah mengontrol dan pastinya memberikan perhatian kepada murid-muridnya.
Baca Juga: Dari 10 Kasus, Polda Riau Amankan 189 Kg Sabu dan 889 Ekstasi
Selain itu, penekanan kepada agama bisa jadi salah satu faktor juga. Kebiasaan anak berinteraksi dengan Al-Quran yang lebih lama dibandingkan dengan di sekolah negeri berdampak pada psikis anak sehingga lebih tenang. Teladan dan contoh guru di sekolah pun menjadi alasan yang kuat si anak menjadi cenderung lebih baik dari sisi akhlak.
SD IT Lama, SD Negeri Sebentar
Dari pembacaan kami terhadap artikel yang membanding-bandingkan sekolah negeri dan swasta dan tentunya pengalaman menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana sekolah di negeri, ada satu kesimpulan yang memang cukup bisa dipertimbangkan, yakni terkait durasi belajar. Di negeri, waktu belajar tidak sepanjang di swasta, dalam hal ini SD IT. Dengan kata lain, di negeri lebih proporsional. Alhasil, siswa tidak terlalu lelah. Di rumah tinggal orang tua yang menambah jam pelajarannya dengan membantu siswa mengerjakan PR atau memasukkannya ke bimbel atau mengikuti privat.
Terkait durasi belajar, seorang anak didik, apalagi SD, memang tidak dianjurkan terlalu kelelahan. Rentang perhatian atau konsentrasi mereka yang memang masih terbatas menjadi salah satu faktor mengapa tidak boleh terlalu lama. Jangan sampai karena terlalu lama siswa menjadi bosan dan akhirnya enggan untuk belajar. Namun, mungkin ada juga yang berpendapat bahwa hal ini relatif. Bagaimana kalau di sekolah itu pembelajarannya dikemas dengan kreatif dan menarik sehingga tidak membosankan atau tidak seperti belajar. Pengemasan Ini mungkin menjadi salah satu tips mengatasi faktor konsentrasi tersebut.
Baca Juga: Mantan Kades Curi Mobil Sampah, Alasannya Sakit Hati. Kepada Siapa ya?
SD IT Cenderung Mahal, SD Negeri Gratis
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa SD IT cenderung mahal dibandingkan dengan SD Negeri. Wallahualam. Apa karena tidak ada subsidi dari pemerintah atau seperti apa. Bahkan, kemahalan SD IT mengalahkan sekolah-sekolah swasta setingkat SD yang berbasis agama lainnya, ambil contoh MI (Madrasah Ibtidaiyah) swasta. Dalam hal ini, memang boleh jadi ada MI yang mahal juga seperti SD IT. Namun, image SD IT mahal cukup dominan sekali di masyakarat. Apa karena banyaknya kegiatan siswa sehingga mahal atau penyebab yang lain. Wallahualam.
Pendidikan Hak Warga Negara
Dari sudut pandang pribadi, penulis merasa pendidikan itu adalah hak semua warga negara. Artinya, setiap warga negara berhak atas akses pendidikan dengan gampang. Terlepas swasta atau negeri. Memang guru, kepala sekolah, yayasan yang menaungi sekolah, dan lain-lain yang terkait sekolah perlu diapresiasi secara profesional, dalam hal ini diberikan honor tetap, tunjangan, THR, dan lain-lain.
Namun, ketika harga masuk sekolah satu dengan yang lain tampak seperti jurang, tidak sesuai dengan harga pasar sekolah-sekolah secara umum. Rasanya perlu peninjauan ulang. Sebagai pengelola sekolah yang tentu ingin pendidikan itu dapat dirasakan semua lapisan, apa salahnya jika mengikuti harga pasaran yang terjangkau semua lapisan.
Baca Juga: Status Tersangka, Aziz Syamsuddin Jalani Pemeriksaan Perdana
Image yang “Kurang Enak” Didengar
Terkait dengan banyaknya kegiatan memang menjadi relatif. Namun, image SD IT mahal adalah image yang menurut penulis “kurang enak” didengar, sementara Islam sendiri menyuruh kita saling membantu, saling memudahkan satu sama lain. Apalagi dalam hal berbagi ilmu. Bukan bermaksud menggampang-gampangkan masalah, namun kesenjangan biaya antara negeri yang gratis dengan SD IT yang bayar dan mahal tidak mustahil menjadikan SD IT seolah seperti sekolah ekslusif. Hanya untuk lapisan tertentu.
Sah memang mematok harga berapa pun dengan sasaran sesuai keinginan sekolah, namun unsur dakwah, unsur rahmatan lil alamin, unsur-unsur lainnya yang justru sebenarnya dapat lebih membumikan pendidikan, bahkan pendidikan agama di masyarakat, seperti kurang dipertimbangkan. Apa tidak boleh kami yang kurang mampu sekolah di IT? Apa tidak boleh kami memiliki hafalan Quran dan kuat dalam hal agama? Apa harus orang menengah ke atas saja?
Artikel Terkait
Naskah Novel Juga Harus Tampil Cantik, Ini Kiat-Kiatnya!
Orang-Orang Oetimu: Timor, Sopi, dan Takdir Sersan Ipi dalam Sepenggal Kisah
Pakar: Putusan MK Soal Remisi Narapidana Sejalan dengan Nilai HAM
Kebijakan Privatisasi BUMN, Porsi Saham Persero, dan Catatan untuk Para Hakim Konstitusi
Relasi Antara Caper, Baper, dan Laper
Fakta Mengagetkan! Ini Dia Empat Tipe Teman yang Wajib Diketahui
Refleksi Kompleksistas Wanita dalam Cerita Fiksi, Ternyata Ada di Dunia Nyatanya Lho
Menengok Kompleksitas Dunia Wanita pada Masa Lalu