Kata Kuntowijoyo, (Laki-Laki) 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga', ketika Ayah Menjadi Pusat Hidup

photo author
- Jumat, 8 Oktober 2021 | 15:26 WIB
Ilustrasi: seorang anak (dok Sri Puspa O)
Ilustrasi: seorang anak (dok Sri Puspa O)

Baca Juga: Sebanyak 26 Desa Persiapan di PALI Kejepret Bantuan Rp100 juta, Mantap dan Masya Allah

Tokoh ibu juga digambarkan sebagai penggerak jiwa agamais Si Buyung dengan menyuruhnya mengaji.

Sebenarnya, saya menangkap maksud yang baik dari sikap Sang Ayah kepada Buyung.

Sebagai seorang Bapak, tokoh Ayah tidak ingin anaknya out of frame dari tanggung jawab sebagai laki-laki.

Baca Juga: Tiga Hari Pencarian, Korban Bunuh diri Terjun ke Sungai Serayu Ditemukan

Pada zaman itu frame laki-laki digambarkan dengan badan yang keras besar dengan tangan yang kotor—tanda dia bekerja membanting tulang—menyukai hal-hal yang berbau keras dan tegas. Sementara itu, pandangan tentang laki-laki yang menyukai bunga dimaknai dengan laki-laki yang lemah, kemayu, dan melankolis.

Dengan demikian, pikiran positif saya beranggapan bahwa Sang Ayah tidak mau Buyung menjadi seseorang yang tidak tegar—walaupun memang caranya salah karena kasar.

Saat membaca cerpen Kuntowijaya ini—dari sudut pandang Buyung—saya teringat dengan anak laki-laki saya yang pertama.

Baca Juga: RDMP Pertamina Balikpapan Bisa Menjadi Kasus Besar, Salamuddin Daeng: Penegak Hukum Harus Usut Tuntas

Kesan seorang anak pasti akan berbeda dengan orang tuanya saat melihat objek yang sama.

Lalu, kesan itu pun nantinya akan melahirkan pandangan yang berbeda tentang suatu objek itu.

Saya merasakan bahwa pandangan saya terhadap sesuatu jauh berbeda dengan apa yang dirasakan anak saya.

Baca Juga: Anda Perlu Senjata Api dan Perlengkapan Militer buatan Amerika Serikat? Di Afganistan Dijual Bebas Tuh

Pun dengan yang tergambar dalam cerpen ini, saya pikir Buyung beranggapan bahwa menyukai bunga adalah hal yang wajar—meski dia notabenenya laki-laki.

Menurut Buyung kedamaian jiwa adalah segalanya yang tecermin dari pemandangan damai bunga-bunga yang segar di dalam air dan semerbak wanginya.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Pelangiku untuk Gaza

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X