KLIKANGGARAN--“Aku tunggu di hotel sekarang,” pesanmu sampai ke whatsappku.
Tak lama mobil Mercy merah sudah terparkir di parkiran kampus. Selesai kuliah aku pun langsung pergi menghampiri Mercy merah itu. Supir yang kamu sediakan untukku selalu siap siaga.
Kamu tahu apa yang teman-temanku katakan ketika aku sudah memakai supir yang kamu sediakan?
“Gue juga pernah lihat mobil dan supir lu itu nganterin cewe kampus sebelah,” katanya.
Baca Juga: Isu Awkarin dan Gangga Batal Nikah Trending di Twitter
Sempat kaget dan aku tak memedulikannya. Mungkin cewe yang dimaksud temanku adalah perempuanmu juga.
Kurapikan semua pakaianku. Kusemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhku. Bertemu denganmu adalah rutinitasku. Apa rutinitas? Iyalah kan aku perlu uang jajan untuk gaya hidup.
“Nanti aku belikan kamu iphone terbaru ya, asal aku bisa free” katamu Minggu lalu.
Aku mesem-mesem mengingat ucapanmu. Apa sih yang tidak buat kamu. Asal uang jajan lancar, I phone baru, dan bisa healing. Sakit hati? Selama uang jajan lancar, buat apa sakit hati.
Baca Juga: Crazy Rich Malang, Juragan 99 Diincar Bareskrim, Nikita Mirzani Makin Gencar Mengungkap Fakta
Kenapa aku punya prinsip hidup seperti itu? Ah ini pasti pergaulanku dengan teman-teman. Walaupun mamaku dikatakan cukup untuk menghidupiku tapi tetap saja tidak mencukupi gaya hidupku.
Terkadang iri juga dengan perempuan yang bisa sederhana. Berkarya di masa muda. Tapi ini lebih menggiurkan. Bisa senang-senang dan anehnya aku tak merasa sakit hati jika kamu pun punya pacar juga selain aku.
Aku pandangi lampu merah yang terlihat di mobil. Lampu merah yang aneh. Jadi ingat dosenku yang membahas filosofi lampu merah.
“ Orang-orang membuat tanda merah pada zaman peperangan yang artinya ‘Stop’ dari peperangan dan pertumpahan darah. Karena ini, warna merah juga digunakan pada lampu lalu lintas untuk menandakan kendaraan harus berhenti agar tidak terjadi kecelakaan dan pertumpahan darah di jalan,” begitu penjelasan dosenku.
Artikel Terkait
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu
CERPEN: Ketika Bila bertanya, 'Bu, Ayah Itu untuk Apa Sih?'
Cerpen: Perjalanan Hati
CERPEN: Sapu Jagat
Cerpen Batu Cinta
Cerpen: Pangeran Cinta
CERPEN: Dekap Hangat yang Selamanya
Cerpen Ramli Lahaping: Segitiga Pembunuhan
CERPEN: Taman Langit
CERPEN: Aku Kehilangan Diriku Sendiri