Surat Bersampul Hitam

photo author
- Senin, 29 November 2021 | 12:10 WIB
Cepen Surat Bersmapul Hitam (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Cepen Surat Bersmapul Hitam (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Selanjutnya kami berbincang dan bercanda hingga jam makan siang tiba dan anak-anakku pulang sekolah. Begitulah selanjutnya hari-hariku tak pernah sepi lagi. Kumbang mengisi celah-celah kehidupanku yang kosong, menghibur dan memberiku semangat.

Sedemikian rupa dia meyakinkanku bahwa suamiku tidak mungkin tidak mencintaiku lagi. Sementara aku sering menggodanya untuk menyudahi patah hatinya dan mulai membuka hati bagi perempuan lain.

Awalnya aku tulus mendorong Kumbang untuk segera menikah. Usianya terpaut lima tahun di atasku, sudah seharusnya dia mengakhiri masa lajangnya. Tapi, entah kenapa lambat laun hatiku seperti tertusuk duri tiap kali dia bercerita tentang teman wanitanya.

Aku seperti tidak ingin lagi mendengar dia menyebutkan nama perempuan mana pun. Aku bahkan tidak bisa menjelaskan pada diriku sendiri, kenapa aku merasa seperti ini.

~

Baca Juga: Cerita Mistis di Surabaya: Kesurupan Roh Reog, ketika Pulang Kampung

Suatu hari Kumbang menemuiku dengan wajah murung yang disembunyikan, tapi tetap terbaca olehku. Dia lebih banyak diam dan tersenyum hari itu. Tak ada lagi kalimat-kalimat dan tawanya yang lepas.

"Mawar, sahabat itu bagai tangan dan mata. Kamu sudah aku anggap sebagai sahabatku, bukan hanya sekedar teman," kata Kumbang tiba-tiba, dengan keceriaan yang kentara dipaksakan.

"Terima kasih, Mas, aku hargai itu."

"Aku ingin berbagi cerita denganmu."

"Aku di sini dan siap mendengarkan."

Dia pun menceritakan segala hal tentang dirinya. Tentang tiga perempat hidupnya yang dihabiskannya di luar rumah. Tentang kesendiriannya, kesepian, dan kebosanannya, juga tentang kehausannya akan cinta.

Aku sangat bisa merasakan kesepian dan kesedihan yang berusaha ditutupinya. Saat itu juga aku menyadari bahwa aku mulai menyayanginya. Aku sangat ingin dia bahagia meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya.

"Ngomong-ngomong, sudah ada calon belum, Mas?" Aku memberanikan diri bertanya.

"Kenapa tanya begitu?"

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Cerpen: Wanita Jalang

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X