Hari berjalan mengganti cuaca dan sinarnya, namun dunia Arini masih sama. Layar dari laptop tercinta. Entah barang electronik itu yang kini disayanginya, atau lelaki di balik layarnya yang selalu memberikan kalimat lembut dan mempesona, Arini tak pernah mencoba untuk memahaminya. Sang kekasih baginya tak terlalu menarik lagi untuk mengisi harinya, karena dia tak ada di sisinya saat sepi.
"Gimana, Arin? Apa hari ini kamu sudah memutuskan?" tanya Dio dari balik layar monitornya.
Arini membaca tulisan di layar berulang-ulang. Sudah satu minggu Dio mengajaknya untuk bertemu muka, namun Arini belum menjawab. Banyak hal yang harus dipertimbangkannya sebelum memutuskan untuk menerima ajakan Dio bertemu muka. Arini ragu dengan hubungannya bersama kekasihnya, namun belum ingin juga memulai hubungan baru yang lebih serius. Layar itu masih berkedip menanti jawaban.
Baca Juga: Lelaki di Balik Layar 1
"Kita baru satu bulan berkenalan, Dio," tulisnya kemudian.
"Satu bulan adalah waktu yang pantas bagi pertemanan untuk saling bertemu muka bukan?"
"Apakah kamu bisa menjamin kita hanya berteman?"
Layar masih berkedip dan Dio belum juga memberikan jawaban. Arini menunggu dengan gelisah. Segera gadis itu menyesali pertanyaannya. Saat jemarinya hendak menulis lagi memperbaiki pertanyaannya, kalimat balasan Dio tampak mulai masuk.
"Baiklah, aku mengerti. Kata cinta di balik layar tidak akan menjamin kita bisa melanjutkan hubungan ini dengan baik. Untuk itu aku jamin kita mulai semuanya dari awal saat bertemu nanti."
Artikel Terkait
Puisi Basi untuk Sang Maha
Bisik-Bisik di Bawah Selimut
Tulisan adalah Lidah Hati, Apa Hubungan Lidah dengan Tulisan?
Tips Sukses Melewati Hari di Tengah Pandemi
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1