Surat Bersampul Hitam

photo author
- Senin, 29 November 2021 | 12:10 WIB
Cepen Surat Bersmapul Hitam (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Cepen Surat Bersmapul Hitam (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Lalu, dia mengajakku duduk sebentar di bangku kecil di depan toko buku itu. Aku tidak menolak karena kakiku juga sudah mulai terasa pegal. Hampir seluruh lantai toko kami kelilingi sambil berbincang. Buku-buku yang dibelinya kebanyakan bertema sama dengan yang kubeli.

Kembali hatiku berdesir menerima tatapan matanya yang hangat. Caranya menanyakan segala hal tentang diriku sungguh tidak membuatku bosan seharian di sana. Aku hampir tidak memiliki kesempatan untuk bertanya tentang dirinya.

~

Baca Juga: Putra Almarhum Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Ustaz Abdul Somad (UAS) Ucapkan Bela Sungkawa

Hari berikutnya aku sengaja datang lagi ke toko buku itu, walaupun sebenarnya aku tak ingin membeli apa pun. Ingin rasanya aku menghindar, tapi hatiku tetap berharap Kumbang juga ada di sana menanti kedatanganku seperti hari sebelumnya. Entah kenapa.

Hatiku sungguh berdebar dan berbunga-bunga ketika dari ekor mataku, aku melihat dia datang menghampiri dan menyapaku.

"Hai!"

"Eh, Mas Kumbang? Kebetulan lagi, ya?" Aku pura-pura terkejut.

"Aku sengaja menunggumu dari tadi."

"Kenapa?" Tentu saja pertanyaan itu kusampaikan dengan nada seolah terkejut. Tanpa harus menunjukkan bahwa aku juga ingin bertemu dengannya. Aku tahu ini hal salah, tapi aku tak tahu kenapa ini kulakukan.

"Pake tanya lagi! Ya kangenlah!"

Betapa tersanjungnya aku mendengarnya. Tak kuhiraukan lagi betapa memalukannya sikapku ini. Sikap Kumbang yang berani dan terlihat natural itu sudah cukup membuatku senang. Sungguh senang, dia berani mengakui bahwa dia merindukanku.

Kusingkirkan begitu saja betapa aku merasa sangat bersalah pada Mas Surya karena aku sangat mensyukuri pertemuan itu. Kami berbincang lebih akrab sambil berkililing toko buku lebih lama dari hari sebelumnya. Namun, kali ini kami sama-sama tidak membeli apa pun.

"Kita makan malam di restoran sebelah, yuk. Nggak enak di sini ngobrol lama, diliatin orang," katanya sambil berjalan keluar dari toko buku.

Aku mengikutinya tanpa berusaha menolak. Dan, berikutnya dengan sukacita kuberikan nomor ponselku ketika dia memintanya. Entah kenapa, aku masih juga tak tahu.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Cerpen: Wanita Jalang

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X