Cerita Mistis di Surabaya: Kesurupan Roh Reog, ketika Pulang Kampung

- Senin, 29 November 2021 | 08:12 WIB
Ilustrasi (Klikanggaran/Nyai_Sampur)
Ilustrasi (Klikanggaran/Nyai_Sampur)


KLIKANGGARAN--Cerita mistis Surabaya bersama Nyai Sampur lagi yuuk, kali ini Nyai akan bercerita pengalaman seorang teman nyai saat dia pulang kampung di daerah Kemlaten, Surabaya. Seperti biasa untuk mempermudah nyai bercerita maka Nyai akan bertutur dengan bahasa “saya”

Cerita mistis selalu menjadi misteri dalam kehidupan kita, ada sebagian orang yang beranggapan ini hanya delusi, halusinasi atau saat melihat seorang yang kesurupan, sebagian orang beranggapan, ah, itu kelelahan mental. Tetapi tidak bisa dipungkiri cerita mistis tidak akan pernah mati, dan akan selalu ada.

Cerita mistis bisa lahir dari jiwa jiwa yang kosong atau dari kaum pencari kekuatan dari dunia lain. Seperti yang saya alami, saya seorang cenayang yang mengabdikan diri di Bali, biarpun saya mengabdikan diri di Bali, namun saya dari tanah Jawa, saya pengiring Raden Ayu Pandan sari, seorang sosok Ghoib yang selalu menggunakan kemben dengan jarik Parang barong, pesarean beliau ada di daerah Lidah Wetan Surabaya. Sudah tujuh tahun terakhir saya di dampingi beliau untuk menjadi healer atau peramal. Kepada sosok Ghoib ini saya biasa menyebut beliau “IBU”

Mungkin cerita mistis yang saya alami saya peroleh karena bakat turunan dari keluarga saya, karena Mommy saya juga memiliki kepekaan yang sama, hanya saja mommy saya SADAR untuk tidak mengindahkan kekuatannya, hal ini berbeda dengan saya, yang dengan sadar menggunakan kekuatan saya. Bagi saya apa salahnya, saya tidak pernah menggunakan itu untuk hal jahat, saya hanya mengabdikan diri saya membantu sesama yang memang tidak terjamah hal medis.

Baca Juga: Putra Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia sebab Sakit Infeksi Liver

Saya anak tertua dari empat bersaudara, ketiga adik saya juga memiliki kepekaan yang sama, teristimewa adik bungsu saya, sejak kecil dia bisa melihat secara visual sosok sosok ghoib.

Kembali kepada saya, yang memang sengaja menggunakan dan bergaul dekat dengan IBU, hal ini mendapat pertentangan keras dari Mommy saya. Peringatan mommy yang paling keras pada saya, beliau mengatakan dengan tegas, “jangan pernah membawa apapun dan siapapun saat pulang ke rumah”

Hal ini agak menyulitkan saya, karena tubuh saya terlanjur menjadi magnit penarik sosok sosok astral. Sedangkan menipu mommy adalah hal yang mustahil saya lakukan, mommy punya kepekaan untuk melihat dan merasakan hal tak kasat mata.

Saya mempunyai syarat dari IBU, kemanapun saya pergi, beliau mengharuskan saya memakai liontin dari batu berwana hitam pekat pemberian langsung dari beliau, dan saya harus selalu membawa selendang merah milik beliau. Saat semua saya lepas, tubuh saya yang sudah terlanjur dingin, akan mudah sekali dirasuki oleh roh roh yang tidak di kenal.

Baca Juga: Losmen Bu Broto, Wanita Berprinsip dengan Kebaya yang Anggun

Saat saya pulang ke Surabaya, semua masih baik baik saja, saya lepas liontin hitam dan selendang milik IBU, bagi saya kemarahan mommy akan lebih menyeramkan daripada kerasukan jin apapun.

Hari pertama saya pulang semua berjalan normal, saya berkumpul dengan keluarga saya dan bercanda apa saja untuk melepas rindu, karena saya satu satunya anak Mommy Daddy yang paling jarang pulang, malam itu saya tidur dikamar mommy daddy, tidur di pelukan mommy adalah surga kecil bagi seorang anak yang rindu, iya kan?

Saat pagi, saya yang masih santai dalam kamar dengan kedua orang tua saya, saya mendengar riuh sekali di depan, saya tanya ke daddy, “dad, ribut sekali di depan? Ada apa?”

“ohh ada yang ngunduh mantu, mereka siang nanti nanggap (menggelar pertunjukan) Reog Ponorogo”.

Halaman:

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X