Matahari makin condong ke barat. Awan mendung kembali hadir, meskipun tidak sepekat sebelumnya. Angin malu-malu berembus, membawa aroma jepun dan melati. Jujur saja, aku tidak ingin hari ini lekas berakhir. Aku masih ingin bersama Moy, selama yang aku sanggup. Aku ingin mengganti tahun-tahun yang hilang, mengganti deritanya menjadi senyum.
“Wajar jika aku tidak ingin ditemukan, Ru,” kata Moy. “Lebam-lebam itu tidak bagus untuk dipamerkan.”
Memang, siapa yang tega melihat wajah yang biasanya penuh tawa itu berhias lebam? Tidak ada! Namun, bukan itu maksudnya. Moy terlalu keras pada dirinya sendiri. Ia selalu merasa tidak ada yang mau peduli padanya.
“Kamu selalu menghindar, Moy.”
Baca Juga: Kerja Sama dengan PNM, Sandiaga Uno Berikan Akses pada 34 Juta Pelaku Parekraf
Moy tertawa. “Siapa yang menghindar, Ru? Aku tidak pernah menghindar.”
“Kamu … selalu menghindar,” kuulang pelan-pelan ucapanku. “Kamu menghindar dari orang-orang yang menyayangimu. Kamu bahkan menghindar dari keluargamu sendiri.”
Moy membuang muka. “Aku tidak menghindar,” gerutunya.
“Sudahlah, Moy. Aku sudah tahu semuanya dari Cecil.”
Moy mendekap dirinya sendiri. Kepalanya menunduk amat dalam. Ia menangis. “Chris sialan,” gumamnya bercampur isak.
Karena pernikahannya dengan Chris tidak pernah direstui keluarga, Moy memutus hubungan dengan orang-orang yang sesungguhnya masih amat peduli padanya. Moy menjauh, mengganti nomor ponselnya, dan benar-benar berusaha tidak bisa ditemukan. Hanya saja, bayangan pernikahan yang indah segera sirna beberapa bulan setelah pengucapan janji.
Baca Juga: Kebutuhan Pengawas di Kemenag Belum Disusun Secara Memadai, Ini Analisisnya
Chris memang tidak putus memberi nafkah, tetapi ia kerap ringan tangan dan mudah melempar kata kasar. Moy tetap bertahan karena cinta sudah membutakannya. Sampai suatu hari, Chris meninggalkan Moy begitu saja, dengan banyak lebam di wajahnya. Seorang pegawai katering yang biasa mengantar makanan ke sana tidak tega melihat Moy dan mengantarnya ke rumah sakit. Dokter berkata, luka Moy tidak sekadar lebam-lebam di wajah.
“Bisakah kita kembali ke kisahmu dan Yuna, Ru?”
Artikel Terkait
Dua Gelas Kisah Bagian Empat
Dua Gelas Kisah Bagian Lima
Dua Gelas Kisah Bagian Enam
Dua Gelas Kisah Bagian Tujuh
Dua Gelas Kisah Bagian Delapan
Dua Gelas Kisah Bagian Sembilan