Aku minta maaf, aku tidak bisa menjaga ikatan sakral kita. Sebab, sejak awal semuanya sudah terasa salah. Hanya saja, aku masih percaya keajaiban. Aku masih percaya bahwa cinta bisa dibangun, dipupuk, dan dirawat hingga akhir hayat.
Aku masih percaya itu, sampai sekarang.
Baca Juga: Jokowi Targetkan 17 Bendungan Selesai di Akhir Tahun, Ini 8 yang Sudah Diresmikan
Hadirnya Dean bukan sebuah kebetulan. Aku mengenalnya lebih dulu, jauh sebelum aku dan kamu bertemu di kampus. Aku dan Dean memang jarang bertemu, dan makin tertutup kemungkinan kami untuk bertemu karena Dean bekerja di luar negeri. Ketika Dean kembali, aku sudah bersamamu.
Aku gamang, aku bingung. Dean tidak pernah bicara soal kepulangannya. Aku pikir, ia akan selamanya di sana. Aku tidak pernah berharap banyak untuk sesuatu yang nyaris mustahil kudapatkan. Jadi, aku memutuskan untuk mencari pengganti Dean.
Lalu, kamu menemukanku, Kak.
Aku selalu ragu cinta bisa datang begitu cepat. Dan, kamu, Kak, berhasil menjungkirbalikkan logikaku.
Baca Juga: Ada Perusahaan yang Belum Memenuhi Ketentuan Penggunaan Kawasan Hutan, Ini Kerugian Kementerian LHK
Teman-teman seperti tidak ada hentinya menyuruhku mendekatimu, menerima ajakanmu berkenalan. Akan tetapi, aku tidak tertarik. Dan, ketika kamu tiba-tiba mundur, aku malah penasaran. Kuamati kamu dari kejauhan, barulah aku melihat apa yang orang lain lihat. Kamu memang punya sesuatu yang membuat orang lain ingin berdekatan denganmu. Wajahmu memang tidak serupawan model-model di majalah, tetapi sorot matamu, senyummu, dan bahasa tubuhmu, membuatku memutuskan: aku ingin dekat denganmu.
Kita menikah. Itu membuatku merasa sempurna sebagai perempuan, mendapatkan lelaki yang peduli padaku. Apalagi, ketika dua buah hati kita hadir, segalanya tampak indah.
Tetapi, ada Dean …
Baca Juga: Kurang Cermat, 5 Pekerjaan di Pertamina RU IV Cilacap Ini Rugikan Keuangan Perusahaan
Aku tidak bisa membohongi diri ini, Kak. Aku masih memiliki rasa kepada Dean, begitu pula dengan Dean. Kami bertemu, dan aku tahu, itu sebuah kesalahan. Tetapi, sekali lagi, aku tidak ingin jadi manusia yang serakah. Sayangnya, aku tidak pernah tega memutus hubungan kita. Pikiran pendekku berkata: mari buat masalah saja, agar Ru yang mengajukan cerai. Nyatanya, cara itu pun tak berjalan lancar.
Inginnya kubiarkan saja kamu tak mendapat surat putusan itu, Kak. Lagi pula, aku sudah punya suratnya, meski lewat jalur tak resmi. Aku dan Dean pun sudah menikah dan punya wujud buktinya. Namun, ada suara dari dalam sini, dari hati ini, yang membujukku agar sedikit melunak, sedikit menurunkan ego.
Sekali lagi, aku minta maaf, Kak, atas semua kesalahan yang pernah kuperbuat padamu. Rawatlah anak-anak dengan baik. Aku tetap membuka diri untuk diskusi masalah pendidikan mereka atau keperluan lainnya. Hanya saja, aku tidak bisa lagi menengok sesering sebelumnya. Sebab, ketika kamu membaca surat ini, aku sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Ya, aku dan Dean akan tinggal di Jakarta. Aku akan kembali belajar di kampus sambil tetap bekerja di firma. Kamu boleh mampir jika ingin. Pintuku selalu terbuka untukmu.
Artikel Terkait
Dua Gelas Kisah Bagian Empat
Dua Gelas Kisah Bagian Lima
Dua Gelas Kisah Bagian Enam
Dua Gelas Kisah Bagian Tujuh
Dua Gelas Kisah Bagian Delapan
Dua Gelas Kisah Bagian Sembilan