KLIKANGGARAN -- Pemilu serentak 2024 masih terbilang lama, tapi berbagai lembaga survei sudah merilis nama-nama kandidat yang dinilai potensial menjadi calon presiden 2024.
Tentu, setiap ada perhelatan akbar seperti pilpres, pilkada ataupun pileg, pada umumnya masyarakat mengharapkan munculnya pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Memenangkan kontestasi Pemilu 2024 tentu bukan perkara mudah mengingat generasi milenial menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar.
Karena itu, partai politik maupun masing-masing kandidat harus memiliki strategi jitu untuk menarik simpati generasi milenial sebagai pemilih yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap hasil pemilu.
Survei BPS mencatat jumlah usia muda produktif (15-64 tahun) pada 2020 mencapai 191,08 juta jiwa atau sekitar 70,72% dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa. Ini lebih tinggi dari angka Pemilu 2019, di mana setengah dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) terdiri dari pemilih muda (usia 17-40 tahun).
KPU mencatat, pada pemilu 2019, usia pemilih 21-30 sebanyak 42.843.792 orang, dan usia 31-40 tahun 43.407.156 orang. Jika jumlah ini ditambah pemilih usia 17-20 tahun, maka persentase pemilih muda yang terdiri dari generasi milenial (lahir tahun 1981-1999) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012) mencapai 50% (Koran Sulindo, 28/10/2021).
Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan, UI Jalin Kolaborasi Pengembangan Industri Halal dengan KNEKS
Berdasarkan data tersebut, bisa dipastikan bahwa partai politik (parpol) berlomba-lomba untuk merebut suara kaum milenial. Generasi milenial dianggap menjadi penentu keberhasilan pemilu serentak nanti. Dengan kata lain, eksistensi kaum milenial tidak bisa dipandang sebelah mata.
Generasi Melek Politik
Pemuda adalah penerima estafet kepemimpinan yang akan diberi amanah atas nasib masa depan bangsa ini. Sebagai bangsa besar, Indonesia membutuhkan peran aktif kaum milenial. Karenanya, para pemuda ‘zaman now’ tidak boleh apatis terhadap dunia politik.
Mereka harus menjadi generasi yang mau berpolitik. Maksudnya, kaum milenial tidak harus terjun ke dunia politik praktis. Yang paling penting di alam demokrasi seperti saat ini, generasi milenial harus peduli terhadap dunia perpolitikan.
Untuk mencetak generasi milenial yang melek politik memang tidak semudah yang kita bayangkan. Di sini dibutuhkan literasi politik bagi generasi milenial. Pendidikan atau literasi politik memiliki muatan politis, meliputi loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik.
Baca Juga: Pemda Luwu Utara Serahkan KUA-PPAS APBD 2023 ke DPRD
Artikel Selanjutnya
Catatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022: Ubah Hari Menjadi Gerakan
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Artikel Terkait
Catatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022: Ubah Hari Menjadi Gerakan
Bedah Buku Karya Eggy Massadiah: Menguak Sisi Rahasia dan Jenaka Doni Monardo
Nihi, Kesanmu Abadi : Catatan perjalanan Sumba Egy Massadiah Bagian Pertama
Golden Touch, Catatan Perjalanan Sumba Egy Massadiah Bagian 2 (selesai)
Kamu Galau? Nih Allah Bilang Gini! Dijamin Makin Cinta Allah
23 Juni 2022, UTBK dan Masa Depan NU
Tanggapan terhadap Misi Pedamaian Jokowi: Citra dan kesan bahwa Jokowi “inward looking” mulai Pupus
Kisah Letjen Pur Doni Monardo, Pangkostrad Maruli dan Ketua Kadin Arsjad: Kolaborasi Sumur Bor di Pulau Timor
SATGASSUS
Refleksi Hari Kemerdekaan, Kaum Muda Bisa Apa?