Selain topik human interest, buku ini juga memuat topik hard-news, yang dikemas dalam narasi gamblang. Topik yang dimaksud terkait dengan buntut kepulangan Habib Rizieq yang berbuntut panjang. Bahkan persidangannya pun sampai sekarang masih berlangsung.
Egy menuliskannya dalam judul “Geger 20.000 Masker”. Di sinilah penulis menguak peristiwa di balik berita. Tidak saja latar belakang, tetapi sekaligus memberi gambaran lengkap di semua fase: pra - saat kejadian - pasca kejadian.
Sebagai penutup, Egy menyajikan sebuah tulisan yang sangat inspiratif, “Memuliakan Makna Berbagi”. Inspirasi tulisan berangkat dari sebuah tayangan pendek Diyanet TV, sebuah stasiun televisi yang dikelola kantor urusan agama Pemerintah Turki.
Tersebutlah pemandangan di sebuah kedai roti di tepi jalan besar. Bagian depan digunakan untuk memajang roti khas Turki yang dinamakan ekmek. Tampak keranjang digantungkan di tiang kanan. Orang Turki belum berasa makan kalau belum menyantap ekmek.
Datanglah seorang pria membeli delapan potong ekmek. Tapi pembeli hanya mengambil empat. Empat lainnya diamanahkan kepada penjual untuk disedekahkan kepada yang memerlukan. Sang penjual lalu memisahkan empat ekmek amanah dan memasukkan ke keranjang gantung.
Baca Juga: Potret Kabupaten PALI, Dulu Tertinggal, Kini Ramai Dilintasi Pemudik
Tak lama, datang si “miskin” memohon sekerat-dua-kerat ekmek, yang barangkali ada bagian rezekinya di kedai itu. Penjual pun mengambil tas dan memasukkan empat potong ekmek, dan menyerahkan pada si miskin. Lalu, si “miskin” mengembalikan yang dua.
Benar. Ia hanya perlu dua potong ekmek yang berukuran besar itu. Dua lainnya, ia minta dimasukkan kembali ke keranjang gantung, yang mungkin saja akan sangat berarti bagi si lapar lain.
Tak lama setelah kedatangan si miskin, datang wanita membeli empat ekmek. Lagi-lagi, ia tampak mengeluarkan dua, dan mengamanahkan kepada penjual untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Dengan senyum ramah, si penjual mengangguk dan memasukkan sedekah dua potong ekmek ke dalam keranjang gantung.
Baca Juga: Intel: Kekurangan Chip Akan Berlangsung Hingga 2024
Sebuah pelajaran budi pekerti yang sangat agung. Si kaya tidak kikir, si miskin tidak tamak, dan si penjual tidak khianat. Begitu menyentuh tayangan tadi, membuat Egy mencari tahu tradisi apa gerangan yang tampaknya begitu membudaya di kehidupan sehari-hari masyarakat Turki. Diketahuilah, film pendek tadi adalah potret tradisi “askida ekmek”.
Tradisi yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah atau yang dikenal era Kekaisaran Ottoman (abad XII). Penulis menyelikpkan harap, tradisi “askida ekmek” dilakukan di gerai-gerai waralaba yang menjamur di tanah air, di warteg-warteg, di restoran-restoran padang, di kedai-kedai kopi……
Last but not least, belum lengkap catatan ini kalau tidak menyoroti cover buku “Titik Nol Corona, Doni Monardo di Pusaran Wabah”. Foto Doni Monardo sedang menengadahkan kedua tangan, sikap berdoa, seolah berdoa kepada Tuhan agar memberinya pertolongan membebaskan bangsanya dari wabah corona.
Artikel Terkait
Ketua Satgas Covid Doni Monardo Positif Terpapar Corona
Deputi BNPB, Prasinta Dewi, Dipanggil KPK terkait Korupsi di Kolaka Timur
Data Dampak Erupsi Gunung Semeru dari Pusdatinkom BNPB
Pastikan Data Pengungsi Gunung Semeru Akurat, Ini Update dari BNPB
Banjir di Kota Jayapura, BNPB Rilis Jumlah Korban yang Ditemukan
Klarifikasi Video Viral Tanah Bergerak di Pasaman, BNPB Sebut Bukan Likuefikasi, Tapiā¦