Sebagai pembuka, Egy menempatkan tulisan berjudul “Kenangan Natuna Dua Jenderal” sebagai judul pertama. Latar belakang tulisan ini adalah kunjungan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono ke markas BNPB/Satgas Covid-19. Dalam kesempatan itu, Laksamana Yudo dan Letjen Doni terlibat pembicaraan menyusuri jalan kenangan di awal bulan Februari 2020.
Saat itu, keduanya terlibat kerjasama spartan dan solid melayani karantina 238 WNI asal Kota Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China. Doni Monardo dalam kapasitas sebagai Kepala BNPB, sedangkan Laksamana Madya (saat itu) Yudo Margono sebagai Panglima Kogabwilhan 1.
Catatan itu sangat menarik, sebab, sebelum virus corona resmi masuk Indonesia 2 Maret 2020, keduanya sudah bersinggungan dengan karantina WNI yang datang dari Wuhan, kota tempat asal-mula virus corona bercokol.
Di Natuna, mereka –antara lain-- harus berhadapan dengan demonstran yang menolak aktivitas karantina. Bahkan dalam kesempatan dialog terbuka, penulis berhasil menangkap momentum saat salah seorang pendemo hendak melemparkan asbak ke arah Doni Monardo (halaman 12). Sangat dramatis.
Bagi yang rindu sosok jubir corona, Achmad Yurianto, buku ini mengupas tuntas sosok yang satu ini. Penampilannya di televisi berbulan-bulan lamanya, sosok Yudi sempat menjadi sosok yang sangat lekat di benak pemirsa televisi Indonesia. Ada sisi-sisi lain seorang Yuri yang baru terkuak di buku ini. Ditambah, hadirnya sosok cantik Reisa yang tak luput dari bidikan Egy Massadiah.
Baca Juga: Erdogan Bertemu dengan MBS setelah Ketegangan Akibat Pembunuhan Khashoggi
Ada pula potret sendu di balik momen bahagia ultah Doni Monardo 10 Mei 2020. Santi, sang istri, tergagap ketika harus menyampaikan sepatah-dua-patah-kata. Yang terucap hanya kalimat, “Rasanya mau menangis….”
Wajar jika perasaan Santi begitu campur-aduk. Antara bahagia bisa menjenguk suami yang tidur di kantor sambil merayakan ulang tahun bersama anak dan cucu, dan perasaan sedih karena merasa ada sekat yang memisahkan Doni dari keluarga. Toh, Santi paham, ketika Doni meminta izin untuk sementara tidak pulang. Pandemi tidak kenal hari libur. Penyebaran wabah tidak kenal jam kerja. Pandemi adalah peristiwa luar biasa, yang tak bisa ditanggulangi dengan cara biasa. Karenanya ia harus stand by 24 jam di kantor.
Baca Juga: Erdogan Bertemu dengan MBS setelah Ketegangan Akibat Pembunuhan Khashoggi
Lika-liku peristiwa menarik selama mukim di kantor, dituangkan pula oleh penulis dalam judul “60 Hari di Markas”. Satu di antaranya peristiwa lucu “Ketika Ajudan Doni Mencari Dokter Tugas” (halaman 151).
Judul lain yang tak kalah menarik adalah “Dari ‘Dukun’ hingga ‘Orang Gila’”. Sungguh, cerita ini tidak pernah Anda temukan di media mana pun. Dalam tulisan ini, penulis (Egy) bahkan terlibat langsung di dalamnya. Sebagai penulis, ia simpan rapat cerita-cerita itu, lalu disajikannya untuk Anda melalui buku terbitan PT Citra Jayakarta Nawa Astha dan Yayasan Kita Jaga Alam ini.
Pendek kalimat, jika harus merunut satu per satu tulisan dalam buku yang disunting oleh Roso Daras ini, tentu teramat panjang. Sebab, setiap tulisan memang memiliki daya tarik tersendiri. Beberapa tulisan, bisa jadi bukan topik eksklusif, tetapi di buku “Titik Nol Corona”, pembaca akan mendapatkan angle yang berbeda, ditambah data dan fakta baru yang tak terungkap di tulisan mana pun sebelumnya.
Contoh, tulisan berjudul “Insiden Ekspor APD”. Tulisan ini memotret kelangkaan APD (Alat Pelindung Diri) pada awal-awal pandemi. Menjadi eksklusif karena Egy melengkapinya dengan wawancara eksklusif bersama Marsekal Pertama (Marsma) TNI Jorry Soleman Koloay. Waasops TNI Marsma Jorry adalah salah satu tokoh penting di balik peristiwa yang dalam situasi normal, bisa diartikan sebagai “pembajakan APD”.
Artikel Terkait
Ketua Satgas Covid Doni Monardo Positif Terpapar Corona
Deputi BNPB, Prasinta Dewi, Dipanggil KPK terkait Korupsi di Kolaka Timur
Data Dampak Erupsi Gunung Semeru dari Pusdatinkom BNPB
Pastikan Data Pengungsi Gunung Semeru Akurat, Ini Update dari BNPB
Banjir di Kota Jayapura, BNPB Rilis Jumlah Korban yang Ditemukan
Klarifikasi Video Viral Tanah Bergerak di Pasaman, BNPB Sebut Bukan Likuefikasi, Tapi…