KLIKANGGARAN - Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB melaporkan kondisi terbaru di wilayah sekitar Gunung Semeru. Pada hari Senin (20/12) pukul 18.00 WIB, Posko mencatat sebanyak 10.400 warga mengungsi di 406 titik pengungsian.
Tak dapat dipungkiri, bencana erupsi Gunung Semeru menyisakan persoalan penanganan pengungsi. Hal ini menjadi pekerjaan krusial sebab banyak rumah mengalami kerusakan berat bahkan hilang.
Kondisi ini memaksa warga di sekitar Gunung Semeru untuk mengungsi sementara ke posko pengungsian atau rumah kerabat yang lebih aman. Pemenuhan kebutuhan dasar baik sandang, pangan, dan papan untuk warga yang mengungsi menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sejak Minggu (4/12) atau 11 hari pasca erupsi Gunung Semeru, selain operasi pencarian korban, Pemerintah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar dengan mendorong logistik.
Baca Juga: Butuh Kerja Kolaboratif Wujudkan Luwu Utara sebagai Kabupaten Layak Anak
Kegiatan ini terus dilakukan untuk menjamin tidak adanya kelaparan dan ketidakamanan atas dampak yang dirasakan warga akibat fenomena alam tersebut. Untuk itulah pendataan pengungsi menjadi signifikan pada keadaan darurat bencana.
Kesimpangsiuran data pengungsi yang tidak terkoordinasi dengan baik dapat menimbulkan dampak lanjutan. Bantuan akan menumpuk di gudang logistik, sementara ada posko pengungsian yang belum mendapatkan bantuan, sehingga timbul ketimpangan.
Maka informasi dan data pengungsi yang akurat, handal, dan terbaharui merupakan pondasi bagi koordinasi dan respon yang efektif bagi pemangku kebijakan darurat bencana.
Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) serta Direktorat Penanganan Korban dan Pengungsi (FPKP) mengembangkan alternatif sistem pendataan pengungsi dengan menggunakan sebuah platform piranti lunak.
Baca Juga: BPIP Tidak Patuh pada Ketentuan, 152 Paket Pengadaan Sebesar Rp86,7 Miliar Belum Dilaksanakan
Dengan menggunakan Sistim Informasi Geografis, BNPB sudah melakukan pendataan selama empat hari mulai Sabtu (11/12) hingga Selasa (14/12) Desember di Kabupaten Lumajang.
Dalam rentang waktu tersebut, BNPB berhasil mendata 52 titik pengungsi dengan angka total jiwa mengungsi sebanyak 11.658 orang di dua belas kecamatan. Output dari pendataan pengungsi yang dilakukan ditayangkan secara interaktif dalam dashboard https:/gis.bnpb.go.id/semeru2021.
Pelibatan relawan pendata (surveyor) berasal dari mahasiswa kampus yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jawa Timur.
Analis Bencana pada Direktorat FPKP, Dwi Nur, mengatakan bahwa sistem tersebut sudah mendapatkan perizinan untuk dapat dikembangkan lebih optimal.
Artikel Terkait
Status Gunung Semeru Level II, Ini Rekomendasi BPNB
Gunung Semeru Erupsi, Ini Sejarah Panjang Letusannya
Gunung Semeru Meletus, Jokowi: Keselamatan Rakyat adalah Hukum Tertinggi
Gunung Semeru Meletus, Puan: Utamakan Penyelamatan Warga
Data Dampak Erupsi Gunung Semeru dari Pusdatinkom BNPB
Erupsi Gunung Semeru, Bupati Luwu Utara Kirim Doa untuk Warga Terdampak
Jokowi Datang ke Lumajang, Pastikan Semua Kekuatan Dikerahkan Tangani Dampak Erupsi Gunung Semeru
Hibur Anak-Anak Korban Bencana Gunung Semeru, Mensos Ajak Mereka Bermain Bernyanyi