Ya, sebenarnya ini bisa dilakukan kapan saja, tidak melulu identik dengan Nyepi. Pun, pergantian tahun sama saja dengan pergantian hari. Bumi masih berputar pada porosnya dan masih mengelilingi matahari. Hanya saja, manusia senang dengan simbol-simbol. Mereka merasa harus membuat satu simbol untuk menandai berjalannya waktu, bergantinya almanak.
Jadi, hening tidak harus saat Nyepi. Hening bisa dilakukan kapan pun kita mau. Dan, mengapa hening? Sebab, hanya dengan hening, kita bisa melihat ke dalam diri, menyelam sampai ke dasarnya.
Bayangkan jika kita pergi ke pasar bersama anak kecil. Katakan saja umur lima tahun. Dengan keriuhan pasar yang sedemikian rupa, mendengar suara anak kecil tentu tidak semudah di rumah. Kecuali si anak memiliki volume suara cukup tinggi, suara anak-anak umumnya akan tenggelam oleh kegaduhan orang-orang dewasa bertransaksi.
Kita, dengan suara tinggi pula, meminta mereka mengulang ucapan. Alhasil, tak jarang anak-anak menganggap bahwa ucapan mereka tidak didengar oleh orang dewasa. Muncullah tragedi tantrum di tempat umum. Sekarang bayangkan jika dialog itu terjadi di rumah, tempat dengan keriuhan lebih rendah, tentu tidak ada adegan dua orang bicara dengan urat leher menonjol.
Baca Juga: Herry Wirawan Hari Ini Disidang Sebagai Terdakwa, Publik Tunggu Keputusan Hakim
Ada lagi begini. Orang-orang sering berkata mereka perlu waktu untuk berpikir. Umumnya mereka akan menjauh sejenak, atau meminta orang lain untuk menjauh sementara. Sebab, mereka tidak ingin apa yang mereka pilih nanti terkontaminasi faktor luar. Kalaupun nanti keputusan tersebut tidak tepat dan menghasilkan sesuatu yang buruk, mereka tidak perlu repot menyalahkan orang lain sehingga konflik bisa dihindari.
Keheningan memungkinkan kita mendengar suara-suara yang dalam kondisi normal tidak mungkin terdengar. Suara hati, orang menyebutnya. Suara kalbu, suara batin, bahkan beberapa orang beranggapan itu adalah suara Tuhan.
Bebas saja. Intinya tetap sama, suara-suara ini muncul dari kedalaman jiwa. Suara-suara ini yang akan menuntun manusia menjalani kehidupan dengan tenang. Suara-suara ini yang akan menjauhkan manusia dari keputusan-keputusan tanpa dasar, tanpa perhitungan. Suara-suara yang membuat segala hal tampak wajar terjadi. Tak dimungkiri, sebagian orang akan menganggap dirinya sedang hidup di surga. Well, surga memang bisa diciptakan dan tak perlu menunggu mati untuk merasakannya.
Baca Juga: Apple Memecahkan Rekor Global Baru dengan Nilai Pasar Mencapai 3 Triliun Dolar
Lantas, masihkah menghindari keheningan dan memuja keriuhan?
Mungkin masalahnya ada pada diri kita sendiri yang kerap menginginkan sesuatu yang berbeda dari kenyataan. Kerap ada penyangkalan jika yang hadir berlawanan dengan yang kita inginkan. Ketika kita terbiasa dengan keriuhan, apa pun bentuknya, kita kerap kesal jika dihadapkan dengan keheningan luar biasa.
Ini seperti lingkaran sebetulnya. Kita hanya bisa merasakan keheningan jika awalnya ada keriuhan. Dan, jika menginginkan keriuhan, kita harus siap juga memulainya dari sebuah keheningan. Tidak ada yang lebih tinggi dari lainnya. Semuanya sejajar, semuanya bersisian dengan tepat. Sekian.***
Artikel Terkait
Stt...Menurut dr. Zaidul Akbar, Kelebihan Makanan Ini Membuat Kaum Adam Jadi Feminin
Kenali Manfaat Buah Pengubah Rasa Ini, jika Kita Memakannya Air Putih Akan Terasa Manis
Nama Lora Diara Kini Dikepoin Warganet Terkait Viralnya Layangan Putus, Siapakah Sebenarnya?
Nasihat Oemar Mitha untuk Ibu-ibu 'Layangan Putus'
Sebut Bonekanya Sebagai Putranya, Ivan Gunawan Pastikan Ia Tidak Gila
Realisasi Angan: Realitas yang Perlu Dibentuk dan Diwujudkan Sebagai Resolusi Tahun Baru
10 Ucapan Selamat Tahun Baru yang Super Romantis untuk Sang Kekasih
Peruntungan Shio Tikus di Tahun Macan Air
Bolehkah Mengasuh Spirit Doll atau Boneka Arwah? Ini Kata MUI
Ramai-ramai Punya Spirit Doll, Ternyata Boneka Ivan Gunawan Kosong