Rasa Marah Hadir Bukan untuk Dihilangkan, melainkan Dikendalikan

photo author
- Rabu, 3 November 2021 | 20:02 WIB
Ilustrasi: marah (Pixabay/PublicDomainPictures)
Ilustrasi: marah (Pixabay/PublicDomainPictures)

Di dalam agama Islam sendiri, diajarkan untuk berwudhu jikalau rasa kesal melanda. Setelah wudhu, kita pun bisa sholat. Karena tidak mungkin ada orang sholat sambil marah-marah, kan? Kalaupun ada, tentu sangat tidak etis jadinya. Bertemu Tuhan, kok marah-marah?

Kemudian, di dalam agama Islam juga diajarkan bahwasanya jika kita saat itu sedang kesal dalam posisi berdiri, maka duduklah. Kalau ternyata masih marah, dianjurkan untuk berbaring.

Selain itu, kita pun sebenarnya dapat melampiaskan rasa marah tersebut menjadi sebuah energi positif. Misalnya, ketika diremehkan orang lain. Tentu kita kesal ketika diremehkan.

Baca Juga: Kepada Ayahnya, Hana Kirana Bilang, 'Yah, Hana Mau Pamit.

Namun, dibandingkan dengan melampiaskan kesal tersebut dengan cara yang negatif, kita bisa memilih untuk melampiaskan marah tersebut dengan menjadikannya semangat untuk membuktikan kepada orang yang meremehkan tersebut bahwa kita mampu.

Langkah terakhir yang bisa dilakukan guna tidak meluapkan emosi yang berlebihan adalah dengan cara berpikir dampak yang terjadi jika kita meluapkan atau melampiaskan rasa geram dalam jiwa dengan langkah yang buruk.

Dengan berpikir tentang dampak-dampak yang timbul jika marah, sedikit banyak membantu kita untuk lebih tenang dan menyikapi kekesalan dengan lebih bijak serta berhati-hati.

Baca Juga: Waduh, Ada-Ada Saja, gara-gara Berdebat Dalam Rapat, Ketua Rukun Kematian Ini Digugat Rp 1 Miliar!

Dan camkan ini, karena marah merupakan hal yang muncul secara otomatis tanpa bisa kita atur, maka orang yang paling sholeh lagi mulia bukanlah orang yang tidak pernah marah, melainkan orang yang bisa mengatur emosi marah tersebut dengan bijak.***

Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Mohamad Aqbil Wikarya Abdul Karim, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Peradaban Islam

DISCLAIMER: Isi artikel ini tidak mengekspresikan pandangan dan kebijakan redaksi klikanggaran.com

Apabila artikel ini menarik, mohon bantuan untuk men-share-kannya kepada teman-teman Anda, terima kasih.


.

 

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X