Jadi, saya akan lirik kembali naskah sebelumnya. Kalau memang punya potensi, saya akan minta si penulis merevisi atau—apes-apesnya—menulis ulang naskahnya. Jika hasilnya jauh lebih baik, akan saya loloskan naskahnya. Dengan catatan, asistensi selama proses editing akan lebih kedjam bwahahahaha ….
Ketiga, dan yang paling saya anggap penting, editor membantu penulis membangun rasa percaya diri terhadap naskahnya. Tidak jarang, naskah sudah lolos saringan, bahkan sudah masuk proses penyuntingan, eh, penulisnya malah semacam menyerah dengan kekedjaman saya. Padahal, tulisannya bagus, buktinya lolos casting.
Baca Juga: Perempuan Muda Tewas di Toilet Kamar Apartemennya, Penyebab Kematiannya Masih Diselidiki Polisi
Ini tentu di luar penyakit malas yang tiada obatnya itu. Biasanya lebih disebabkan rasa pesimis yang menghantui si penulis. Ia tidak yakin dengan hasil kerjanya; apakah pembaca akan suka atau akan muak.
Padahal, suka atau tidaknya pembaca sebenarnya sudah terwakili oleh editor. Kami, para editor, juga paham apa yang diinginkan pembaca. Dan, jika kami menyarankan sesuatu, tentunya sudah melalui berbagai pertimbangan.
Memang benar, kami tidak akan membiarkan saltik bertebaran. Jika terlewat satu atau dua buah saltik, masih wajar. Sebab, kesempurnaan hanya milik Tuhan (uhuk). Akan tetapi, jika jumlah saltik melampaui kewajaran, penulislah yang seharusnya introspeksi diri. Mengapa banyak saltik? Terburu-buru? Atau, telanjur terdoktrin jargon di luaran perihal “menulis satu novel dalam satu hari”?
Baca Juga: Mal di Wilayah PPKM Level 1 Boleh Terima Pengunjung 100 persen dari kapasitas
Mungkin perlu diketahui, jika sebuah buku dinilai baik, yang biasanya disorot adalah penulisnya. Disanjung, dipuji, diberi penghargaan. Akan tetapi, jika sebuah buku dinilai kacau dan banyak saltik, yang selalu disorot adalah editornya. Dianggap tidak becus bekerja, tidak paham aturan main, dan makan gaji buta. Pedih, Bun.
Jadi, apakah masih ingin menganggap editor sekadar polisi saltik? Coba sini, saya cek jidatnya: anget atau enggak?***
Apabila artikel ini menarik, mohon bantuan untuk men-share-kanya kepada teman-teman Anda, terima kasih.
Artikel Terkait
Jangan Main-Main dengan Semesta Kecil Djenar yang Mahabasah!
Apa yang Perlu Dilakukan Jika Anak Tantrum di Tempat Umum?
Bicara Drakor, Punya Pasangan Orang Korea Enak ngga, sih?
Makna Sumpah Pemuda buat Milenial Kekinian
Makna Sumpah Pemuda buat Pejabat
Jangan Meletakkan Kebahagiaan di Mulut Orang
Revolusi Bahasa
Keikutsertaan Lendir dalam Sebuah Karya Sastra