opini

Ronggo III: Pejuang Perintis Melawan Kolonial Belanda

Minggu, 10 April 2022 | 21:25 WIB
Pengusulan Tokoh Lokal Anti Kolonial Sebagai Pahlawan (HISTORIA.AGSI)

 

KLIKANGGARAN -- Selama ini apabila menyebut nama sejarah Madiun maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah sejarah pecahnya pemberontakan PKI di Madiun 1948.

Banyak orang termasuk orang Madiun sendiri, belum familier bahwa mereka mempunyai sosok jagoan Mataram yang bernama Raden Ronggo Prawirodirjo III.

Sosok yang satu ini memang dalam sepanjang hidupnya anti kolonial. Dia sangat membenci Daendels yang suka sewenang-wenang saat berkuasa di Tanah Jawa.

Untuk itulah Ronggo III bersumpah dia akan melawan Daendels dan jika perlu mati bersama. Dalam usaha mengusulkan Raden Ronggo III sebagai pahlawan nasional asal Madiun, Sabtu 9 April 2021 Diskusi bulanan Historia Agsi #11 mengangkat Raden Ronggo III sebagai topik pembahasan.

Baca Juga: Kemenhub Terbitkan Surat Edaran Pembatasan Operasional Kendaraan Barang Pengaturan Kendaran Barang, Isinya?

Narasumber yang dihadirkan dalam diskusi itu Akhlis Syamsal Qomar, putra asli Madiun. Raden Ronggo III lahir sekitar tahun 1779 dan meninggal 1810. Dia cucu Raden Ronggo Prawirosentiko atau dikenal Raden Rongggo I.

Karena Raden Ronggo Prawirodirjo II mengalami kebutaan Ronggo tiga yang masih berusia 16 tahun menggantikan ayahandanya sebagai bupati Madiun sekaligus menjadi bupati wedana Madiun yang membawai 14 bupati di Mancanegara Timur yang masuk wilayah Keraton Yogyakarta setelah terjadinya perjanjian perdamaian Giyanti 1755.

Akhlis mengatakan, Ronggo III merupakan menantu Sultan Hamengku Buwono II karena dinikahkan dengan putri Sultan yang bernama Ratu Maduretno. Tetapi sayang Maduretno permaisuri yang dicintainya itu meninggal saat melahirkan.

Baca Juga: Kenapa Dianjurkan Berbuka Puasa dengan yang Manis-manis? Simak Penjelasan Ilmiahnya!

Bayi perempuan yang dilahirkan itu dinamakan juga Maduretno dan kelak dipersunting oleh Pangeran Diponegoro, tokoh Perang Jawa (1825-1830), tandas Akhlis. Ronggo III juga merupakan sosok pemuda yang romantis.

Setelah dikebumikan permaisurinya itu, dia tetap duduk dipusara permaisurinya berhari-hari sehingga membuat bingung para bupati bawahannya di Mancanegara Timur. Bahkan agar tempat pusara Madureno dapat dilihatnya dari kejauhan, istrinya sengaja dimakamkan di puncak bukit yang memang dapat dengan mudah dipandangnya dari Istana Maospati.

Dalam kesempatan itu Akhlis juga menuturkan bahwa latar belakang Ronggo III melawan kolonial, karena di Keraton Yogyakarta saat itu terjadi kegemparan. Daendels yang berkuasa di Jawa tidak menghargai lagi tatanan dan tradisi adat Jawa.

Baca Juga: Nita Gunawan Klarifikasi Terkait Berita Miring Jadi Selingkuhan Raffi Ahmad, Bagaimana Reaksi Nagita Slavina?

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB