Tiba-tiba aku melihat ranting tersenyum.
“Hai, para lidi yang agung! Bolehkah saya berpendapat,” pinta sang ranting.
“Oh, tentu saja! Apa pendapatmu, wahai ranting?” tanya sang lidi penasaran.
“Aku sangat mengenal daun-daun dari mereka kecil. Kuberi tahu saja kepada kalian. Dedaunan juga merasa tidak enak hati ketika mereka berguguran di tiap-tiap bagianku ini. Ketika jatuh, dedaunan merasakan bahwa waktunya tidak tepat. Ada daun yang tua dengan warna kecoklatan dan ada daun yang muda dengan warna kehijauan. Akan tetapi, mereka akan sadar bahwa jatuhnya mereka akan menambah beban kepada Anda, wahai para lidi!” kata ranting.
Aku pun termenung dengan penjelasan ranting. Aku pun lekas menatap dedaunan yang masih berada di atas pohon.
“Kalian harusnya bersyukur. Iya, bersyukur. Dedaunan yang jatuh itu menjadi rezeki buat kalian. Andai plastik, botol minum, bungkus makanan, dan daun tidak ada. Apa yang akan kalian lakukan?” tanya ranting.
Baca Juga: Menulis sebagai Self Healing, Sebagus Itukah Dampaknya? Ini Ada Satu Kisah
Segera aku menatap sapuku. Begitu penasaran aku ingin tahu jawaban lidi-lidi. Akan tetapi, sang lidi hanya saling menatap satu sama lain. Mereka kebingungan.
“Percayalah wahai lidi-lidi. Apa pun yang diberikan oleh Tuhanmu adalah yang terbaik. Menurutmu baik, belum tentu itu baik di mata Tuhan. Begitu juga, menurut kamu buruk, barang tentu, itu adalah hal yang terbaik di mata Tuhanmu. Sekali lagi. Bersyukurlah, wahai lidi-lidi yang terhormat! Kita harus saling bekerja sama. Dedaunan pasti senang ketika mereka disatukan dengan teman-temannya. Begitu pun dengan Anda. Kehadiran dedaunan menjadi ladang Anda berbuat kebaikan,” tutup ranting.
Tiba-tiba motor melaju dengan cepat. Ranting itu pun terlindas. Lalu, ia hancur berantakan.***
Cerpen ini ditulis oleh Suwandi
Apabila artikel ini menarik, mohon bantuan untuk men-share-kannya kepada teman-teman Anda, terima kasih.
Artikel Terkait
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki
CERPEN: Pertemuan Kedua
CERPEN: Menunggu Kereta
CERPEN FANTASI: Kia, Kakek, dan Alat Tulis Ajaib!
CERPEN: Pensil Frea
CERPEN: Kisah Seorang Santri
CERPEN: One Only
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu
CERPEN: Ketika Bila bertanya, 'Bu, Ayah Itu untuk Apa Sih?'
Cerpen: Perjalanan Hati