CERPEN: Menunggu Kereta

photo author
- Minggu, 17 Oktober 2021 | 20:23 WIB
Ilustrasi (@sekar_mayang)
Ilustrasi (@sekar_mayang)


KLIKANGGARAN-- Bangunan hijau itu sudah di depan mataku. Aku berhenti sejenak untuk melihat wujud raksasa tempat singgahnya para kuda besi. Ada sesuatu yang ingin meledak begitu saja di dadaku. Seperti sudah bertahun-tahun terpendam begitu saja. Padahal, aku tidak sedang merindukan apa pun. Kecuali—ya, ada yang kurindukan, aku baru ingat—suara-suara bising di peron tempat aku menunggu satu kuda besi yang akan membawaku menjauh dari hiruk pikuk ibu kota.

Aku sampai di pintu masuk. Terakhir aku kemari, hanya ada dua orang yang berjaga memeriksa karcis. Sekarang tidak lagi. Bahkan, kulihat ada tiga orang anggota Brimob yang berdiri di sana sambil ikut memeriksa karcis. Ya, sistem boarding pass yang baru ditetapkan institusi ini membuat antrian sedikit mengular di pintu masuk menuju peron. Namun, aku tidak kaget. Aku sudah tahu. Jadi, langsung saja kubuka dompetku, kuambil tiket dan KTP, lalu ikut mengantri.

Sudah berjarak jauh dari tempat aku berdiri tadi, sekarang aku berada di depan seorang petugas Kereta Api. Wajahnya menunjukkan lelah dan jemu secara bersamaan. Agak aneh, kupikir, ia seperti tidak melihatku. Mungkin, ia hanya fokus melihat tiket dan tanda pengenalku. Ah, toh aku tidak peduli. Yang penting aku sudah bisa masuk peron dan segera menuju lantai tiga.

Baca Juga: LP Ma'arif NU DKI Jakarta Selenggarakan Pelantikan, Seminar Nasional, dan Rakerwil

Itu dia! Sebuah bangku kosong di dekat pilar. Aku bergegas sebelum ada orang lain yang memakai bangku itu. Kuhempaskan tubuhku, lalu kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Ramai, tetapi tidak seramai biasanya. Mungkin karena ini masih pagi. Kereta jarak jauh biasanya baru akan muncul siang nanti. Keretaku sendiri baru akan tiba satu jam lagi.

“Mama bilang juga apa?!”

Sebuah suara tiba-tiba saja masuk ke dalam indra pendengaranku. Aku mencari sumber bunyi itu dan mendapati seorang ibu berdiri tak jauh dari bangku yang aku duduki. Di hadapan wanita tambun itu, berdiri seorang gadis berambut panjang yang berpakaian sedikit mencolok: celana panjang warna kuning terang dan kaos oblong merah muda menyala. Aku bertanya dalam hati, apakah sang ibu tidak mengajari anaknya dalam memadukan warna pakaian.

“Kan, Mama udah ingetin dari semalem, siapin semuanya dengan teliti!”

Suara itu menggetarkan gendang telingaku lagi. Aku merasakan dahiku berkerut secara otomatis. Apa gerangan yang terjadi hingga sang ibu tega memarahi anaknya di depan orang banyak? Apa ada yang tertinggal?

Baca Juga: Hujan Deras dan Angin Kencang Landa Cibinong Bogor, Papan Reklame Cibinong City Mal Terbang

“Boneka beruang itu, kan, kado untuk sepupumu. Apa gunanya kita ke Cirebon tanpa bawa kado itu?”

Ah, benar rupanya, ada yang tertinggal.

“Dion sudah memesan dari sebulan yang lalu. Apa kamu tega lihat sepupumu yang masih umur lima tahun itu nangis gara-gara boneka itu lupa kita bawa?”

Aku lihat gadis itu hanya menunduk, menekuni flat shoe hijau terang. Ya, ampun! Setelah kupikir-pikir lagi, gadis itu lebih mirip traffic light berjalan. Aku ingin tertawa sekeras-kerasnya, tetapi urung kulakukan. Suara sang ibu kembali memenuhi liang telingaku.

“Kamu selalu saja begitu, Mirna, nggak pernah menyiapkan segala sesuatunya dengan benar. Kamu selalu saja lupa sesuatu. Bahkan, hampir setiap hari, ada saja buku pelajaranmu yang tertinggal.”

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Guru Berdaster

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X