Novel Melukis Langit 1, Memeluk Prahara

photo author
- Jumat, 5 November 2021 | 14:37 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

"Bukannya nggak mau, Mas. Aku tahu adikku salah. Berulangkali sudah Mas katakan itu. Kalau Mas Aji bersedia sedikit mengingat, sudah kuingatkan berkali-kali untuk tidak memberinya kepercayaan itu, tapi Mas tak pernah mau mendengarkan aku. Sekarang kenapa kemarahan ini ditimpakan kepadaku? Kenapa tidak Mas selesaikan masalah ini dengan Reno secara langsung?"

Aji terdiam saat itu. Diam dan pergi meninggalkan air mata istrinya mengalir deras. Malam ini pun Aji masih diam menatap malam. Lelaki itu mencoba berdialog dengan dirinya sendiri, ingin mengatakan pada dirinya sendiri bahwa apa yang dikatakan Nini memang benar. Kenapa harus dia timpakan semua kemarahan pada istrinya? Pertanyaan ini sungguh mengganggu Aji.

Kini ditambah lagi dengan keluarganya sendiri yang memperkeruh keadaan. Semua menanyakan mengapa dirinya ingin keluar dari pekerjaan ini, dan banyak lagi mengapa. Telepon di rumahnya hampir tak pernah berhenti berdering.

Baca Juga: Indonesia Pastikan Satu Tempat di Semi Final Hylo Badminton Open 2021

Mereka juga menghabiskan kesabarannya dengan menyalahkan istrinya atas apa yang belum dia putuskan. Kembali istrinya yang harus menerima kemarahan, kali ini dari keluarganya. Di dasar hati Aji tahu ini salah, situasi ini harus diluruskan, tapi kepalanya terlalu keruh untuk mencerna itu semua.

"Pasti Nini ya, yang memintamu berhenti kerja? Lantas, mau makan apa kalian, kalau kamu keluar dari pekerjaanmu ini?" Begitu kakak-kakak dan keluarganya bertanya dengan nada hampir sama.

Aji yang anak kedelapan dari sepuluh bersaudara merasa tak cukup punya taring untuk bersikap tegas pada keluarganya. Aji ingin menjawab pertanyaan itu dan menjelaskan pada mereka bahwa ini tidak ada hubungan dengan istrinya, tapi suara mereka sudah terlebih dahulu membuatnya bertambah marah dan bimbang.

Aji merasa terjepit. Semua bertumpuk menjadi satu di dalam kepalanya, dan yang keluar dari bibirnya hanya diam.

Baca Juga: Mengenal Logo Hari Pahlawan 2021, Ada Buku di Logo, Apa Makna Filosofisnya?

Pernikahan yang dulu dirasanya sangat membahagiakan itu kini tiba-tiba menjadi sangat memuakkan baginya. Terlalu banyak masalah dan kerikil membuat apa pun yang dilakukannya seolah tak ada yang benar.

Aji tak tahu siapa yang memulai ini semua. Pernikahannya tiba-tiba bagai neraka. Wanita-wanita yang dulu kerap menemani ke mana dia pergi juga tak menarik lagi baginya. Segala hal tidak ada lagi yang menarik.

Aji melempar puntung rokok yang masih panjang jauh ke udara, kemudian mengambil satu batang baru dan dibakarnya. Diambilnya cangkir kopi yang tadi disediakan istrinya di meja, lalu diseruputnya kopi yang sudah dingin itu.

Tiba-tiba ingatannya melayang pada wajah atasannya yang beberapa hari lalu dia temui. Gigi Aji terlihat gemeletuk mengingat kalimat atasannya.

“Pak Aji harus memahami, kedudukan Pak Aji itu jadi rebutan di luar sana. Pilihannya hanya dua, jalankan sistem yang sudah ada atau tinggalkan kursi itu.”

Baca Juga: DPR Belum Pertanggungjawabkan Rp1,32 T Biaya Penyerapan Aspirasi?

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X