Begitulah setiap saat. Puniawati yang selalu mencoba membuat Aji segera menyelesaikan masalah, namun Aji lebih suka berdiam diri dalam amarah dan sakit hatinya. Puniawati tak menyadari, suaminya belum selesai dengan dirinya. Puniawati juga luput menyadari bahwa Aji sedang butuh ruang kosong untuk dirinya merenung.
Teman-teman yang berbarengan ingin menggeser kedudukannya di kantor membuatnya begitu sakit hati, sampai lelaki itu tidak ingin lagi bahkan sekedar bertatap muka dengan teman-teman yang telah dianggapnya sebagai sahabat itu. Belum lagi ulah Reno yang menambah posisinya semakin sulit.
Aji ingin sekali meminta pengertian istrinya, meminta ruang untuk sendiri. Aji ingin mencerna semuanya dengan baik dan bijak, namun semua yang diucap dan dilakukannya menjadi salah. Hampir semua sikap dan kalimatnya menambah situasi kian keruh. Aji makin tak dapat mengendalikan diri.
"Adikmu sudah lupa, siapa yang telah mengangkatnya dari tong sampah!" sembur Aji lagi dengan sinis, tanpa kontrol, meluapkan amarah pada istrinya.
Tash!
Dada Puniawati nyeri mendengarnya. Dia berkata pelan, "Oh, aku tak tahu kalau selama ini Mas Aji menganggapnya sampah."
"Adikmu itu sudah dibuang keluarga karena nggak mau kuliah. Beruntung aku mau menolong, makanya dia nggak sampai harus tidur di jalanan. Dasar anak manja!”
Puniawati diam, mencoba meredam kecamuk sakit di dadanya. Entah sudah berapa kali dalam tempo satu bulan ini suaminya berkata kasar dan menyakitkan mengenai keluarganya. Puniawati berjuang membujuk hatinya agar tak merasa sakit.
“Dikasih pekerjaan bukannya dijaga dengan baik, malah korupsi. Belum soal sering bolos kerja, masih juga bikin ulah dengan sering datang siang. Udah kayak bos aja dia."
"Bukankah aku sudah berulangkali mengingatkan Mas Aji untuk tidak memberinya kepercayaan memegang kendali keuangan?"
"Trus, kapan pintarnya dia, kalau nggak segera belajar?"
"Waktu itu aku juga meminta Mas Aji untuk bertahap saja memberikan kepercayaan padanya, karena dia memang tidak memiliki ilmu keuangan."
"Jadi, kamu nggak mau adikmu salah?" Aji hilang sabar, tangannya mengepal.
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Wanita Jalang
Lelaki di Balik Layar 1
Lelaki di Balik Layar 2
Lelaki di Balik Layar 3
Ternyata Kau Bukan Lelaki
Naskah Novel Juga Harus Tampil Cantik, Ini Kiat-Kiatnya!
Novel Eka Kurniawan, Dewi Ayu Jadi Trending di Twitter Gara-Gara 'Semua Perempuan Itu Pelacur'
Bisa, Kok, Satu Hari Menulis Satu Novel, Asalkan …