Perempuan Adalah Penyeimbang Demokrasi, Tanpa Perempuan, Demokrasi Akan Timpang

photo author
- Kamis, 15 September 2022 | 21:07 WIB
Fitriani Djusuf, penulis artikel (dok. klikanggaran)
Fitriani Djusuf, penulis artikel (dok. klikanggaran)

Masih banyak PR bagi kesetaraan perempuan, potensi perempuan tidak bisa di pandang sebelah mata, akses menjadikan perempuan ikut dalam partisipasi, kontrol dan terlibat bagi perempuan, dampak pembangunan yang manfaat bagi perempuan.

Ketidaksetaraan bagi perempuan perlu memberikan kesempatan, pendapat dan memberikan posisi strategis bagi perempuan.

Kesiapan dan semangat serta kesadaran politik, pemilih maupun kelompok perempuan yang ikut dalam kontestasi pada pemilu 2024.

Bagaimana membangun kesadaran politik bagi perempuan, dan semangat politik bagi perempuan lainnya. Kolaborasi yang mampu memberikan pengaruh pada gerakan politik perempuan di Indonesia.

Satu ide dan wadah di regional menjadi satu gerakan kesetaraan gender. Perspektif perempuan dan cita-cita politik dan pemilu pendekatan pemilu dan gerakan pemilu.

Perempuan dan gerakan sosial atau gerakan politik, peran domestik perempuan dan gerakanya menjadi saling menguatkan.

Lebih banyak perempuan mewarnai kebijakan dan membawa paradigma dan konstruksinya dengan pendekatan berbeda. Membangun pemilu dengan kesadaran dan semangat dukungan bagi politisi perempuan di arena politik.

Perempuan dan kebijakan terhadapnya, tentu berpengaruh terhadap indeks pertumbuhan negara dan bangsa.

Ide tentang keterwakilan perempuan tidak lahir begitu saja namun melalui reformasi yang menjawab masalah-masalah kritis terhadap perempuan secara harkat dan martabatnya.

Sejarah penting soal perempuan pada awalnya turut mendorong reformasi, kasus perkosaan dan pelecehan terhadap perempuan saat krisis ekonomi terjadi menjadi perhatian khusus.

Pada akhirnya melahirkan lembaga perlindungan terhadap hak asasi perempuan yakni, Komnas Perempuan.

Era Habibie saksi tumbuhnya benih-benih gerakan perempuan dan agenda yang membentuk solideritas perempuan.

Reformasi yang juga menjadi tonggak terhadap penghapusan pelecehan perempuan, saat Megawati di tahun 2001 menjadi presiden banyak melakukan capaian kebijakan lebih baik terhadap perempuan

Megawati mengawali era presiden perempuan pertama di Indonesia menjadi cermin keterlibatan perempuan dan gerakan strategis memimpin.

Kekerasan berbasis gender, dengan banyaknya kasus yang terjadi menjadi rekam jejak pahit perempuan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X