Program Perluasan Kesempatan Kerja, Tenaga Kerja Mandiri

photo author
- Rabu, 13 April 2022 | 14:02 WIB
Rasmini, SE., MM (Dok. Istimewa)
Rasmini, SE., MM (Dok. Istimewa)

 

Latar Belakang

Dari berbagai masalah ketenagakerjaan, jumlah penganggur yang banyak merupakan salah satu masalah yang tidak pernah selesai dihadapi bangsa ini. Penyebabnya tentu saja banyak, namun secara umum pengangguran terjadi karena persediaan (supply) lebih besar dari permintaan (demand). Dalam teori ekonomi ketenagakerjaan selisih antara persediaan dan permintaan adalah penganggur. Persediaan disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi. Setiap tahun tidak kurang terdapat pertambahan sekitar 2 juta angkatan kerja baru. Kondisi ini belum ditambahan dengan angkatan kerja (penganggur) tahun sebelumnya, sehingga jumlah angkatan kerja menjadi banyak. Kondisi ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja baru. Para pakar mengatakan setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen dapat menciptakan sekitar 400 ribu lapangan kerja baru. Oleh karena itu pemerintah selalu mengupayakan  pertumbuhan ekonomi nasional tidak kurang dari 5 persen, sehingga paling tidak dapat menciptakan 2 juta lapangan kerja baru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, secara ekonomi selisih antara persediaan dan permintaan atau antara, angkatan kerja dan lapangan kerja baru setiap tahun harus diperkecil. Namun teori yang mengatakan setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen akan menciptakan lapangan kerja sekitar 400 ribu saat ini sudah kurang relevan. Kemajuan teknologi yang bersifat robotik, menyebabkan banyak jenis pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh manusia, saat ini dilakukan oleh robot. Artinya lapangan kerja yang tersedia yang seharusnya diisi oleh manusia, sekarang diisi oleh robot. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi saat ini lebih bersifat padat modal ketimbang padat karya.

Solusi penciptaan lapangan kerja yang digalakkan oleh pemerintah mau tidak mau harus bersifat padat karya. Pengalaman juga membuktikan ketika terjadi krisis ekonomi di era tahun 1998, justeru usaha mikro dan kecil lebih kuat mengahadapi terpaan badai krisis ketimbang usaha skala menengah dan besar. Oleh karena itu Kementerian Ketenagakerjaan terus berupaya bagaimana caranya mengurangi pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja berskala mikro dan kecil serta bersifat informal melalui berbagai program perluasan kesempatan kerja. Kondisi ini sejalan dengan peta demografi ketenagakerjaan, dimana lebih dari 45 persen angkatan kerja berpendidikan SLTP ke bawah. Artinya keterampilan yang dimiliki tidak terlalu tinggi dan itu sesuai dengan program-program yang ada dimana dalam implementasinya tidak mensyaratkan pendidikan yang tinggi.       

 Baca Juga: Kios SIAPkerja (Kasus BPVP Kabupaten Sidoarjo)

Wirausaha Baru

Berbicara tentang membangun suatu usaha atau berwirausaha, banyak orang yang salah pada langkah awalnya. Kesalahan yang utama adalah kurang fokus. Artinya banyak orang fokus hanya pada hal-hal sifatnya teknis tapi kurang pada hal yang jauh lebih penting yaitu motivasi. Motivasi sangat dibutuhkan bagi pemula usaha. Motivasi merupakan dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan dapat berujud antusiasme, harapan, dan semangat pantang menyerah. Dengan motivasi yang kuat, tidak ada rasa takut gagal karena bagi mereka kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Hal-hal yang sifatnya teknis seperti kurang modal, kurang pemasaran, masalah managemen dan lain sebagainya, semuanya itu dapat dicarikan solusi. Namun apabila tidak tertanam motivasi yang kuat maka kegagalan awal akan berakibat fatal yaitu akan berhentinya usaha yang telah mulai dirintisnya. Untuk menjadi seorang wirausaha harus mempunyai motto: hal-hal yang bersifat teknis dapat dicarikan solusi, bahkan keahlian yang tidak dimilikinyapun dapat dibeli, namun motivasi, cita-cita dan semangat tidak bisa dibeli.

Ahmadi Amrun, menjelaskan bahwa dalam memulai suatu usaha, terdapat beberapa hal yang harus diperhatiakan, diantaranya:

  1. Semangat dan pantang menyerah. Motivasi harus ditanamkan pada awal mau berusaha. Kesuksesan berusaha harus ditanamkan dengan kuat walaupun dalam prakteknya mungkin akan mengalami kegagalan dimasa awal. Dengan demikian beberapa kekurangan atau kendala yang mungkin akan dihadapi dapat ditutupi dengan semangat pantang menyerah atau motivasi yang kuat;
  2. Memupuk jiwa kepemimpinan pada diri sendiri. Terlepas dalam melakukan usaha memiliki karyawan atau tidak, jiwa kepemimpinan harus selalu ditanamkan. Kemampuan memimpin akan berpengaruh dalam melakukan perencanaan, mengatur sampai dengan menjalankan usahanya. Tanpa ada jiwa kepemimpinan, maka semua aktivitas tidak dapat dikontrol dengan baik dan berpotensi mengalami kegagalan;
  3. Selalu melakukan kreativitas dan inovasi dalam segala hal baik terkait managemen, marketing, dan lain sebagainya. Seringkali usaha pemula lupa akan hal ini. Mereka lebih sering melakukan hal-hal yang sifatnya rutinitas atau business as usual, tanpa melakukan satu inovasi baru. Mereka lupa bahwa lambat lauun konsumen akan bosan dengan hal-hal yang sifatnya biasa-biasa saja. Dengan inovasi baru, produk dapat dikemas atau ditawarkan dengan cara berbeda sehingga mempunyai nilai lebih di pasaran;
  4. Kurang mampu berdapatasi. Pasar yang semakin luas cenderung menciptakan banyak tantangan dan persaingan. Kemampuan beradaptasi dalam melihat peluang dan persaingan yang semakin ketat akan membuat usaha yang dijalankan dapat lebih bertahan dan berkembang ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, jika tidak mampu berdapatasi maka kebangkrutan dan gulung tikar yang akan didapat.

 Baca Juga: Hasil Korea Masters 2022, Pasangan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan Tersingkir

Tenaga Kerja Mandiri (TKM)

Guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam penciptan lapangn kerja sektor informal, Kementerian Ketenagakerjaan melaksanakan berbagai program perluasan kesempatan kerja diantaranya adalah TKM yang sudah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu. TKM adalah tenaga kerja yang telah tamat pendidikan formal sekurang-kurangnya SLTA, khususnya bagi mereka yang mempunyai jiwa kewirausahaaan.

Tujuan

Membentuk tenaga kerja yang mandiri sebagai bagian program perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat penganggur, setengah penganggur, tenaga kerja wanita (ibu-ibu rumah tangga miskin), wirausaha yang tidak berkembang dengan baik dan tenaga kerja disabilitas untuk dibina dan dikembangkan menjadi kader-kader wirausaha baru atau pengusaha pemula yang mandiri, produktif, berkelanjutan dan beretos kerja tinggi.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Berkawan Akrab dengan Kehilangan

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X