Thethelan dan sandung lamur-nya pun hanya penjualnya yang tahu, tak hanya dipilih yang terbaik, tapi juga mana yang paling cocok untuk racikan bumbu rawonnya.
Aku termasuk orang yang percaya, sampai pada tingkat tertentu, urusan memasak adalah urusan spiritual. Ketika orang ikhlas memasak demi kebahagiaan orang lain, bukan demi yang lain, pasti tangan Tuhan ikut bekerja disitu. Musik Leo Kristi seperti itulah kira-kira, hehehe...
Hubunganku dengan musik Leo Kristi kemudian menjadi amat personal. Kadang aku tak punya cara ucap lain selain melalui lagu-lagunya.
Proses kerumitan dan kesintingan ketergantunganku kadang amat parah. Seperti misalnya ketika aku mutlak membutuhkannya untuk melawan ketakutan-ketakutanku sendiri melewati hidup sehari-hari.
Baca Juga: Heboh, Pemenggalan Kepala di Prancis Dilakukan Seorang Cucu kepada Kakeknya, Sadis
Beberapa tahun yang lalu, ketika keponakan pertamaku lahir. Aku bahagia luar biasa. Suatu hari aku berhasil merebut dari tangan emaknya dan membawanya kabur ke kamarku, beberapa detik aku tak tahu harus berbuat apa.
Aku hanya tahu aku harus mengambil gitarku dan menyanyikan sebuah lagu Leo Kristi untuknya. Oke, oke. Tapi lagunya yang mana, yang kira-kira cocok untuk bayi? Tiba-tiba aku ingat, iparku, emak si bayi berasal dari Semarang, maka aku menyanyikan:
“Pojok cafe simpang lima
Sepanjang sore dan petang hari
Kaki lima rumput kota
Semarang....”
Dan bayi itu nangis kejer...
Sampai hari ini pun, aku tidak pernah berhasil membujuk istriku untuk mengagumiku menyanyikan lagu-lagu Leo Kristi. Padahal aku memacarinya sejak kelas 2 SMP. Sejak saat itupun aku sudah membombardirnya dengan lagu-lagu Leo...
“Di atas bukit utara semalam
Malam larut tenggelam jauh
Di bawah kelipan lentera jalan
Berkedip-kedip perlahan
Dengan sinarnya kuning-temaram
Kini aku datang, sayang...”
(“Di Atas Bukit Utara Selaksa Bunga Rumput”, Nyanyian Tanah Merdeka, 1979)
Baca Juga: Mantan Pejabat Perum Perindo Ini Ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejagung, Siapa Ya?
Menginjak SMA, beruntung aku menemukan teman sesama Lker. Itu keajaiban. Kami berdua sering diledek teman-teman lain sebagai sepasang pembeli kaset Leo Kristi satu-satunya di Kediri.
Ha ha... Suatu hari aku meminta komentarnya, bagaimana kira-kira kalau aku menisbatkan profil Theresia tokoh dalam lagu “Babtis Theresia” pada seorang teman kami yang cuwaantiikk, kebetulan namanya pun sama: Theresia? Tinggal kita kasih kerudung biarawati aja dia. Beres.
Artikel Terkait
Mengapa Anda Memilih Profesi Sebagai Guru? Apa sih Prestise Seorang Guru?
Jatuh Cinta, lalu Mencintai Hingga Terluka, Layakkah?
Tanah Tabu: Perempuan dan Nasib Ibu Bumi
MBOK GINAH, LEO KRISTI DAN YEHUDI MENUHIN (1)
Menjelang Muktamar NU Ke-34 dan Isu Gus Yaqut Digeser Ke Menpora?