MBOK GINAH, LEO KRISTI DAN YEHUDI MENUHIN (2)

photo author
- Jumat, 22 Oktober 2021 | 21:27 WIB
Ilustrasi (Ilustrasi/Dodi)
Ilustrasi (Ilustrasi/Dodi)

Aku malas berdoa karena menurutku Tuhan mengetahui segalanya tanpa kita harus bilang apa-apa pada-Nya. Jadi apa perlunya berdoa? Lagi pula aku cuma kangen Mbok Ginah.


Sampai suatu hari, ketika kelas 1 SMP aku mendengarkan satu musik yang aneh tapi mencekam di radio.

Itulah “Legang-Legong Badai Lautku”-nya Leo Kristi. Sungguh mati itu menyihirku. Cara menyanyikannya seperti langsung keluar dari hati.

Aku mulai kasak-kasuk mencari tahu. Tak satupun teman-temanku yang tahu dan peduli.

Baca Juga: Temuan Data Bansos, Ada Nama Anggota DPRD dan ASN yang Masuk

Beberapa waktu kemudian aku benar-benar menyaksikan Leo Kristi tampil di TVRI Surabaya, melantunkan “Nyanyian Malam”. Beberapa bulan kemudian, “Gulagalugu”.

Masih terekam jelas dalam otakku, bagaimana Leo tampil waktu itu bersama Naniel, Mung, Lita dan Jilly.

Ya.. ya... Itu pertunjukan yang manis, rapi, mendekati steril. Ledakannya terkendali. (Itu seperti sasmita, kelak aku tidak akan pernah menyaksikan Leo tampil live serapi ini lagi. Tidak pernah.).


Mulailah babak kegilaan baru di kamarku. Aku memutar album-album “Nyanyian Fajar”, “Nyanyian Malam” dan “Nyanyian Tanah Merdeka” Leo Kristi tiap hari seperti orang sinting.

Lagu-lagunya seperti ganja. Engkau akan menemukan tafsir baru dari tiap sedotannya. Mula-mula akan muncul gelenyar-gelenyar aneh pada urat-urat syarafmu.

Kemudian engkau akan kehilangan orientasi. Setelah itu mungkin engkau sadar, mungkin juga tidak. Tapi engkau akan “mengerti”. Mengerti apa? Itu tergantung, apa yang ingin kau mengerti? Itu juga tergantung tafsirmu sendiri.


Aku membumbung tinggi. Langit berubah corak dan warna tiap hari bagiku.

Baca Juga: Kata Ganjar Pranowo Santri Itu Benteng Negeri, Ini Maksudnya


Ya.. ya... Mungkin lebih tepat: itu kutukan. Aku melewatkan masa kanak dan remajaku dengan musik Leo Kristi. Banyak kegaduhan dan kesintingan yang ditimbulkannya. Apa boleh buat.

Setelah Mbok Ginah dan (pada kadar tertentu) Yehudi Menuhin, hanya musik Leo yang membuatku mengeluarkan air mata yang bukan tangis... Itu sungguh membuatku sedikit lebih kuat melewati masa mudaku yang sulit dan penuh kesintingan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X