opini

Pentingnya Pembelajaran PJOK di Masa Pandemi, Lets Workout, Push The Limit, Change Your Habit

Kamis, 2 Desember 2021 | 11:49 WIB
Pentingnya Pembelajaran PJOK di Masa Pandemi (Dok.klikanggaran.com/Deni)

KLIKANGGARAN - Di masa pandemi, guru PJOK dituntut untuk terus mencari dan menemukan inovasi atau metode pembelajaran baru. Agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan efektif walaupun pada kenyataanya, mata pelajaran PJOK dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang penting.

Padahal pelajaran PJOK sangatlah penting karena dapat berkontribusi dalam proses kebugaran jasmani dan kesehatan mereka. Ini pun membuka wawasan mereka bahwa penting bagi mereka untuk melakukan aktivitas olahraga minimal 150 menit dalam seminggu sebagaimana yang disarankan oleh Kemenkes dan WHO dalam bukunya.

Masih membahas pelajaran PJOK, dalam literatur buku lain, program aktivitas fisik setelah sekolah telah menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan peningkatan kebugaran aerobik. Ini telah terbukti memediasi peningkatan kinerja akademik (Fredericks et al., 2006), serta alokasi sumber daya saraf yang mendasari kinerja pada tugas memori kerja (Kamijo et al., 2011).

Kompetensi yang dimandatkan oleh pemerintah memiliki konsekuensi yang kurang diharapkan oleh guru PJOK, karena kompetensi tersebut mengakibatkan pengurangan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif secara fisik selama pembelejaran di sekolah.

Baca Juga: Menulis dan Masalah Mental, Ini Dampaknya jika Diabaikan

Pergeseran umum waktu di sekolah dari mata pelajaran PJOK memungkinkan lebih banyak waktu pada mata pelajaran akademik. Selain itu, beberapa peserta didik ditahan dari kelas PJOK atau istirahat untuk berpartisipasi dalam remedial atau pengayaan belajar yang dirancang untuk meningkatkan kinerja akademik (Pellegrine dan Bohm 2005; bab 5).

Namun, sedikit bukti yang mendukung gagasan bahwa lebih banyak waktu yang dialokasikan untuk materi pelajaran akan diterjemahkan ke dalam nilai tes yang lebih baik.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peserta didik merespon lebih cepat dan dengan akurasi yang lebih besar untuk berbagai tugas kognitif setelah berpartisipasi dalam sesi aktivitas fisik (Tomporowski, 2003; Budde et al., 2008; Hillman et al., 2009; Pesce et al., 2009; Ellemberg dan St. -Louis-Deschênes, 2010).

Satu serangan aktivitas fisik intensitas sedang telah ditemukan untuk meningkatkan saraf dan perilaku yang terkait dengan alokasi perhatian pada tugas kognitif tertentu (Hillman et al., 2009; Pontifex et al., 2012). Dan, ketika anak-anak yang berpartisipasi dalam 30 menit aktivitas fisik aerobik dibandingkan dengan anak-anak yang menonton televisi untuk jumlah waktu yang sama, anak-anak yang pertama secara kognitif mengungguli yang terakhir (Ellemberg dan St-Louis-Desêhenes, 2010).

Baca Juga: Sekilas tentang Pengelolaan Retribusi IMB di Pemkot Bekasi

Dalam meta-analisis, Sibley dan Etnier (2003) menemukan hubungan positif antara aktivitas fisik dan kognisi pada remaja usia sekolah (usia 4-18), menunjukkan bahwa aktivitas fisik, serta kebugaran fisik, mungkin terkait dengan hasil kognitif selama masa pengembangan. Partisipasi dalam aktivitas fisik terkait dengan kinerja kognitif dalam delapan kategori pengukuran (keterampilan persepsi, IQ, prestasi, tes verbal, tes matematika, memori, tingkat perkembangan/kesiapan akademik, dan "lainnya"), dengan hasil yang menunjukkan hubungan yang menguntungkan dari aktivitas fisik untuk semua hasil kognitif kecuali memori (Sibley dan Etnier, 2003).

Sejak meta-analisis itu, bagaimanapun, beberapa makalah telah melaporkan hubungan yang kuat antara kebugaran aerobik dan berbagai aspek memori pada anak-anak (misalnya, Chaddock et al., 2010a, 2011; Kamijo et al., 2011; Monti et al., 2012) .

Terlepas dari itu, tinjauan komprehensif Sibley dan Etnier (2003) penting karena membantu membawa perhatian pada literatur yang muncul yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat bermanfaat bagi perkembangan kognitif bahkan juga menunjukkan perlunya studi lebih lanjut untuk lebih memahami hubungan multifaset antara aktivitas fisik dan kognitif dan kesehatan otak.

Didasari hal tersebut saya berpikir sangatlah penting jika pelajaran PJOK ini dianggap penting dalam kaitannya untuk menunjang mata pelajaran lain, dan menjaga bagaimana cara peserta didik untuk terus bugar selama masa pandemi, menjaga konsenterasi agar mereka selalu fokus menerima setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB