Baca Juga: Sekilas tentang Pengelolaan Retribusi IMB di Pemkot Bekasi
Dalam meta-analisis, Sibley dan Etnier (2003) menemukan hubungan positif antara aktivitas fisik dan kognisi pada remaja usia sekolah (usia 4-18), menunjukkan bahwa aktivitas fisik, serta kebugaran fisik, mungkin terkait dengan hasil kognitif selama masa pengembangan. Partisipasi dalam aktivitas fisik terkait dengan kinerja kognitif dalam delapan kategori pengukuran (keterampilan persepsi, IQ, prestasi, tes verbal, tes matematika, memori, tingkat perkembangan/kesiapan akademik, dan "lainnya"), dengan hasil yang menunjukkan hubungan yang menguntungkan dari aktivitas fisik untuk semua hasil kognitif kecuali memori (Sibley dan Etnier, 2003).
Sejak meta-analisis itu, bagaimanapun, beberapa makalah telah melaporkan hubungan yang kuat antara kebugaran aerobik dan berbagai aspek memori pada anak-anak (misalnya, Chaddock et al., 2010a, 2011; Kamijo et al., 2011; Monti et al., 2012) .
Terlepas dari itu, tinjauan komprehensif Sibley dan Etnier (2003) penting karena membantu membawa perhatian pada literatur yang muncul yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat bermanfaat bagi perkembangan kognitif bahkan juga menunjukkan perlunya studi lebih lanjut untuk lebih memahami hubungan multifaset antara aktivitas fisik dan kognitif dan kesehatan otak.
Didasari hal tersebut saya berpikir sangatlah penting jika pelajaran PJOK ini dianggap penting dalam kaitannya untuk menunjang mata pelajaran lain, dan menjaga bagaimana cara peserta didik untuk terus bugar selama masa pandemi, menjaga konsenterasi agar mereka selalu fokus menerima setiap mata pelajaran yang diajarkan.
Baca Juga: Target Pendapatan PT Waskita Karya di Ruas Jalan Tol Becakayu Sulit Tercapai, Ini Sebabnya
Di masa pandemi ini, di sekolah tempat saya mengajar yaitu SMA Bunda Mulia School yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara, Sekolah membebaskan saya untuk memilih metode pembelajaran yang saya inginkan dengan koridor kurikulum yang ada untuk diberikan kepada peserta didik. Saya tidak terpaku dengan kurikulum yang konvensional yang harus tetap mengajarkan anak seperti permainan sepakbola, permainan bola basket, atletik, dll. Yang mana sangatlah sulit untuk mencari peralatan, sarana dan prasarana yang diharapkan untuk dipenuhi.
Adapun program yang saya buat pada masa pandemi dengan pembelajaran on-line (daring) yaitu mengenai kebugaran jasmani yang mana peserta didik di awal pembelajaran diminta untuk mengisi data/screening awal BMI dan mengukur setiap bagian tubuh seperti lingkar pinggang, lingkar tangan dan juga keluhan keluhan yang diderita.
Di tahap awal/term 1, peserta didik diberikan jurnal kebugaran jasmani yang dimana berisi panduan bagaimana melakukan program dan hal hal yang harus dihindari. Jurnal tersebut berisikan lembar isian pola makan keseharian dari sarapan-makan siang-makan malam, cemilan/snack yang di konsumsi, minuman, aktivitas olahraga dalam sehari, motivasi, keluhan yang timbul. Jurnal ini di isi minimal 3 (tiga) kali dalam seminggu dan dilaporkan di google classroom yang sudah disiapkan setiap minggu nya.
Pada term ke 2 dan ke 3, dalam tahap ini peserta didik di buatkan program mengenai strength and conditioning jurnal yang mana berisikan latihan-latihan kekuatan otot yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan peserta didik tanpa alat-alat berat/peralatan fitnes tetapi menggunakan berat tubuh mereka sendiri. Latihan-latihan tersebut terfokus ke area core, tungkai atas/lengan, dan tungkai bawah/kaki.
Artikel Terkait
Bawaslu: SKPP Sarana Pendidikan Politik Generasi Muda
SD IT atau SD Negeri? Ketika Orang Tua Harus Memilih Pendidikan Dasar
Komunitas Peduli Pendidikan Sebut Aliansi Dosen Tidak Representasikan Sivitas Akademika UNJ
Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNJ Selenggarakan KKL Daring: Harus Antusias Dong
BEMP Pendidikan Sejarah UNJ: Pelatihan Keguruan dan Microteaching
Dompet Dhuafa Bersama Citra Swarna Group Peduli Pendidikan Anak Yatim Akibat Covid-19
KODI DKI Jakarta Selenggarakan Wisuda Pendidikan Kader Mubalig Angkatan XXVII