Dua Gelas Kisah Bagian Empat

photo author
- Senin, 30 Agustus 2021 | 21:23 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Dua

Anak-anakku sudah semakin besar saat itu. Memang, usia mereka masih balita, tetapi sudah tidak perlu lagi dua puluh empat jam bersama ibunya. Sebelumnya pun mereka kerap ditinggal. Aku menyewa jasa seseorang untuk menemani anak-anak selama aku bekerja. Untung saja pekerjaanku memiliki jam kerja yang normal, jadi sore hari aku bisa menemani mereka.

Awalnya aku merasa tidak keberatan. Aku selalu ikhlas menemani anak-anak. Toh Kirana dan Dira adalah buah hatiku. Hanya saja, aku mulai mempertanyakan segala hal. Salah satunya adalah, keikhlasan Yuna.

Pernah suatu hari Yuna pulang amat larut. Ia baru saja dari luar kota untuk sebuah pekerjaan. Aku sengaja menunggunya tiba. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bicara dengan Yuna. Akan tetapi, yang kudapati ternyata tidak seperti bayanganku.

Baru saja aku membuka pintu depan, Yuna berkata, “Aku capek sekali, Ru. Ingin cepat mandi, lalu tidur. Anak-anak tidur sama kamu saja, ya?”

Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Tiga

Aku hanya menghela napas dan mengangguk. Hilang sudah keinginanku untuk bicara empat mata dengan Yuna. Padahal, aku membayangkan sebuah pecakapan manis menjelang tidur, seperti yang dulu kerap kami lakukan. Yah, tidak untuk malam ini, mungkin malam-malam berikutnya. Toh aku juga sudah lelah sekali dan besok masih Kamis. Jadi, aku kembali ke kamar anak-anak sementara Yuna masuk kamar utama.

Rasanya aku baru tertidur beberapa menit ketika Kirana terbangun dan menanyakan boneka beruangnya. Aku sedikit linglung, tetapi berusaha untuk mengingat-ingat di mana terakhir kali Kirana bermain dengan bonekanya.

“Di kamar Ayah,” gumam Kirana.

“Oh, tunggu sebentar, ya. Ayah ambilkan.”

Aku terseok-seok menuju kamar utama—kamarku dan Yuna. Ranjang kami kosong. Ke mana Yuna? Terdengar suara air mengucur dari keran. Oh, rupanya masih di kamar mandi. Aku menduga Yuna sedang berendam dengan air hangat di bath tub. Ah, aku jadi ingat ritual kami sebelum hadirnya Kirana dan Dira. Bermain busa, saling menggosok punggung, mengobrol sampai lama sekali, lalu diakhiri dengan permainan penuh gairah.

Baca Juga: Perum Perhutani Berpotensi Salah Hitung Volume Inventarisasi pada Areal IPPKH Ruas Tol Cisumdawu dan Japek II

Khayalanku langsung buyar ketika mendengar suara tawa Yuna dari dalam kamar mandi.

“Masa kurang, sih, Yang?”

Itu beberapa patah kata yang kudengar.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X