Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Dua
Anak-anakku sudah semakin besar saat itu. Memang, usia mereka masih balita, tetapi sudah tidak perlu lagi dua puluh empat jam bersama ibunya. Sebelumnya pun mereka kerap ditinggal. Aku menyewa jasa seseorang untuk menemani anak-anak selama aku bekerja. Untung saja pekerjaanku memiliki jam kerja yang normal, jadi sore hari aku bisa menemani mereka.
Awalnya aku merasa tidak keberatan. Aku selalu ikhlas menemani anak-anak. Toh Kirana dan Dira adalah buah hatiku. Hanya saja, aku mulai mempertanyakan segala hal. Salah satunya adalah, keikhlasan Yuna.
Pernah suatu hari Yuna pulang amat larut. Ia baru saja dari luar kota untuk sebuah pekerjaan. Aku sengaja menunggunya tiba. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bicara dengan Yuna. Akan tetapi, yang kudapati ternyata tidak seperti bayanganku.
Baru saja aku membuka pintu depan, Yuna berkata, “Aku capek sekali, Ru. Ingin cepat mandi, lalu tidur. Anak-anak tidur sama kamu saja, ya?”
Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Tiga
Aku hanya menghela napas dan mengangguk. Hilang sudah keinginanku untuk bicara empat mata dengan Yuna. Padahal, aku membayangkan sebuah pecakapan manis menjelang tidur, seperti yang dulu kerap kami lakukan. Yah, tidak untuk malam ini, mungkin malam-malam berikutnya. Toh aku juga sudah lelah sekali dan besok masih Kamis. Jadi, aku kembali ke kamar anak-anak sementara Yuna masuk kamar utama.
Rasanya aku baru tertidur beberapa menit ketika Kirana terbangun dan menanyakan boneka beruangnya. Aku sedikit linglung, tetapi berusaha untuk mengingat-ingat di mana terakhir kali Kirana bermain dengan bonekanya.
“Di kamar Ayah,” gumam Kirana.
“Oh, tunggu sebentar, ya. Ayah ambilkan.”
Aku terseok-seok menuju kamar utama—kamarku dan Yuna. Ranjang kami kosong. Ke mana Yuna? Terdengar suara air mengucur dari keran. Oh, rupanya masih di kamar mandi. Aku menduga Yuna sedang berendam dengan air hangat di bath tub. Ah, aku jadi ingat ritual kami sebelum hadirnya Kirana dan Dira. Bermain busa, saling menggosok punggung, mengobrol sampai lama sekali, lalu diakhiri dengan permainan penuh gairah.
Khayalanku langsung buyar ketika mendengar suara tawa Yuna dari dalam kamar mandi.
“Masa kurang, sih, Yang?”
Itu beberapa patah kata yang kudengar.
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Dua Gelas Kisah Bagian Satu
Dua Gelas Kisah Bagian Dua
Dua Gelas Kisah Bagian Tiga