Dua Gelas Kisah Bagian Dua

photo author
- Senin, 30 Agustus 2021 | 17:46 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

Angin kembali memainkan rambut ikal Moy. Ada sejumput yang tertahan di wajahnya. Sungguh, kalau bukan karena komitmen yang kami buat, aku pasti sudah bertindak. Tindakan sederhana, tetapi pasti berefek luar biasa terhadap ikatan di antara aku dan Moy.

“Aku tahu, Ru,” ujar Moy sembari memamerkan cengiran khasnya. Jemarinya dengan sigap menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi wajah bulatnya. “Kamu nyaris tidak tahan, kan?” godanya.

Aku mendapati diriku tersenyum. Sesuatu yang sudah lama tak pernah kulakukan.

“Kamu tersenyum lagi, Ru.”

“Iya, menyenangkan rasanya bisa tersenyum lagi, Moy.”

Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Satu

“Aku tahu.” Moy menatapku, melempar senyumnya, lalu menopangkan dagu ke kedua tangannya. “Jadi, apa yang kamu lakukan untuk mendapatkan hati Yuna?” tanyanya.

Aku menarik napas sebelum menjawab pertanyaan itu. Jawabannya akan panjang.

“Aku mengejarnya, Moy. Perlahan, agar gadis itu tidak takut padaku.”

Mendengar ucapanku, Moy menunduk sambil menahan tawa. Aku tahu maksudnya. Dia seperti itu karena aku mengatakan kata ‘takut’. Memang, aku dan Moy punya peristiwa unik terkait kata yang satu itu. Nantilah kuceritakan. Sekarang kujabarkan bagaimana aku bisa menaklukkan hati Yuna.

***

Baca Juga: Visitasi ke Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Ini Kata Menparekraf

Kusadari atau tidak, aku memang selalu menebar senyum kepada siapa pun yang kujumpai. Aku berusaha membuat orang lain merasa nyaman ketika berkomunikasi denganku. Efeknya, aku sering dikelilingi banyak orang, terutama para gadis. Sampai-sampai aku mendengar selentingan kabar bahwa orang-orang di kampus menganggapku play boy. Aku tertawa ketika mendengarnya. Bima sampai terheran-heran melihatku tertawa.

Aku tidak heran jika orang-orang menganggapku play boy. Nyatanya memang banyak bukti mengarah ke sebutan itu. Nyaris setiap hari aku memboncengkan seorang gadis pulang ke rumahnya. Beberapa gadis lebih sering dibanding gadis lainnya. Jadilah mereka menganggap aku berpacaran dengan mereka. Untungnya, para gadis itu tak pernah menganggap serius kabar burung yang beredar.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X