Bagaimana jika manusia memiliki kuasa untuk berpindah masa? Berpindah ruang dan waktu hanya dalam hitungan detik atau satu kali kerjapan mata. Membereskan segalanya, lalu kembali ke masa sekarang, atau tinggal dan meneruskan setelan baru di sana. Kalau betul ada, aku ingin sekali kembali ke masa belasan tahun lalu, saat aku pertama kali melihat wajahnya. Wajah Yuna, wajah ibu dari dua anakku, wajah perempuan yang telah membuatku jatuh hati.
“Ru, jangan berkhayal!”
Mataku mengerjap satu kali. Di hadapanku duduk seorang perempuan dengan rambut ikal sebahu. Kacamata minus menghiasi wajahnya, menutupi mata sipit yang selalu tajam menatapku. Tubuhnya terbalut gaun putih tulang sebatas lutut, membiarkan betisnya terpapar matahari pagi, membuat tungkai itu tampak seperti cawan bening berisi air susu.
Ah, aku sampai lupa kalau saat ini aku sedang mengobrol dengan Moy di taman kota.
Baca Juga: Clubhouse meluncurkan fitur surround-sound untuk membantu obrolan terasa seperti hidup
“Kamu selalu melamun kalau kita sedang mengobrol,” tambah Moy. Ia kembali menyesap kopi gula aren yang tersisa sedikit di gelas plastik berbalut embun dari es batu. “Ulangi sekali lagi, kamu bakal tahu jitakanku tiada duanya.”
Aku menarik otot sekitar bibirku. Sedikit saja, agar Moy tahu aku masih hidup. “Sorry, Moy. Terjadi begitu saja, gara-gara wanita itu.” Aku menunjuk jauh ke balik punggung Moy dengan gerakan kepalaku. “Mirip sekali,” bibirku bergumam lemah.
Moy memalingkan kepala ke arah yang kutunjuk. Dengan cepat ia kembali menghadapku, lalu bicara, “Mirip, ya?”
Aku mengangguk.
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3