Akhirnya, dengan penuh kepasrahan, Bimo jujur saja, "Aku ingin membunuhmu," ucapnya, lantas kembali mengeluh-ngeluh.
"Kenapa?"
"Aku dapat bayaran dari seseorang untuk itu?"
"Jadi sekarang kau jadi pembunuh bayaran?" selidik sang mantan, tak habis pikir.
Bimo mengangguk pelan.
"Siapa yang memintamu untuk membunuhku?"
Baca Juga: Presiden FIFA Gianni Infantino Bertemu para Pemain Liga Premier Inggris, Apa yang Dibicarakan?
Bimo bergeming.
Sang mantan lalu mencengkeram dan mengguncang-guncang kedua lengan Bimo, sembari menuntut jawaban dengan suara tinggi, "Siapa…? Katakanlah! Siapa?"
Dengan begitu saja, Bimo menyerah dan mengungkapkan rahasia besarnya, "Suamimu sendiri."
Sang mantan sontak terenyuh. "Kenapa?"
"Aku tak tahu. Kukira, kau seharusnya mengerti soal itu," jawab Bimo, dengan perasaan kacau.
Sang mantan pun menarik diri, kemudian bersandar lemas di dinding.
Untuk beberapa saat, mereka hanya saling mendiamkan dan larut dalam pikiran masing-masing. Mereka jadi lebih tampak seperti sejoli sehati yang baru saja bertukar kabar buruk ketimbang seorang pembunuh bayaran dan sasarannya.
Sampai akhirnya, sang mantan memecah keheningan dengan pertanyaan, "Jika kau memang hendak membunuhku, kenapa tidak kau lakukan sedari tadi?"
Bimo pun menghembuskan napas yang panjang. "Entahlah. Aku merasa tak bisa melakukan kekejaman itu kepadamu?"
"Kenapa? Bukankah kau akan mendapatkan bayaran yang besar setelah kau berhasil membunuhku?"
Bimo lantas mendengkus keras. "Entahlah. Mungkin karena... " Ia menelan kambali kata-kata di tenggorokannya, lalu berpaling dengan mata berkaca-kaca.
"Apa kau tidak benar-benar membenciku? Apa kau masih mencintaiku?" sidik sang mantan.
Bimo hanya menunduk dan tak menjawab.
Sang mantan kemudian mendekat dan menggenggam tangan Bimo. "Hai, aku sungguh masih mencintaimu, Bimo. Aku tidak sedikit pun melupakan tentang kita. Sejak dahulu sampai sekarang, perasaanku masih sama."
Seketika, Bimo menarik keras tangannya. Ia lantas menangis dan melontarkan sebuah pertanyaan besar yang selama ini ia pendam, "Lalu, kenapa kau mencampakkanku begitu saja, tanpa penjelasan?
Artikel Terkait
Cerpen: Perjalanan Hati
CERPEN: Sapu Jagat
Cerpen Batu Cinta
Cerpen: Pangeran Cinta
CERPEN: Dekap Hangat yang Selamanya