Cerpen Ramli Lahaping: Segitiga Pembunuhan

photo author
- Jumat, 21 Januari 2022 | 12:34 WIB
Ilustrasi (Dodi Budiana)
Ilustrasi (Dodi Budiana)

Beruntung bagi Bimo, sebab mereka tak menaruh curiga atas kenyataan di balik potret tersebut, sehingga bayaran yang besar seperti yang telah diperjanjikan, berhasil sampai di tangannya.

Hingga akhirnya, hari ini, Bimo dan Leo berada di kota lain. Mereka meninggalkan tempat tinggalnya dahulu untuk menghindari penangkapan yang mudah jika aksi mereka terbongkar, juga sekaligus membuka peluang untuk melarikan diri dan bersembunyi di tempat yang lebih aman jika ancaman benar-benar mendesak.

Dan saat ini, mereka pun menjalani hari yang seolah sebagai hari perayaan untuk keberhasilan mereka. Di sebuah kamar hotel, mereka berpesta dengan segala rupa makanan yang lezat, juga barbagai jenis minuman beralkohol yang bermerek. Hingga akhirnya, kewarasan mereka mulai goyah di tengah perayaan yang masih akan berkepanjangan.

Beberapa saat kemudian, di tengah kesadaran mereka yang mulai redup, sebuah siaran televisi tampak menyiarkan berita kriminal.

Mereka pun sesekali menengok layar untuk mengecek kalau-kalau ternyata aksi mereka mulai terkuak di tengah khalayak. Sampai akhirnya, mereka terkejut setelah menyaksikan sebuah kabar yang menyatakan bahwa istri simpanan seorang pejabat negara ditangkap oleh polisi di tengah pelariannya ke pulau seberang.

Uraian selanjutnya tak kalah mengejutkan mereka. Kabarnya, sang istri simpanan yang merupakan istri kedua tersebut ditangkap karena ditengarai telah memesan pembunuh bayaran untuk membunuh istri pertama sang suami.

Mereka pun jadi penasaran, hingga wajah seorang perempuan yang semestinya telah mati di tangan Bimo, tampak jelas di layar kaca.

Seketika pula, dengan kondisi yang sudah setengah sadar, Leo jadi murka dan menghantam Bimo dengan bogem mentah.

Seolah merasa bersalah, Bimo hanya menangkis dan tak membalas.
"Kenapa kau melakukan tindakan yang sangat bodoh? Apa kau tidak sadar kalau tindakanmu itu akan mengancam nyawaku dan nyawamu juga? Apa kau tidak sadar bahwa kedunguanmu itu membuat kita tidak hanya dicari-cari oleh polisi, tetapi juga bos kita sendiri? Apa kau tidak takut mati, he?" tanya Leo, geram.

Dengan wajah yang lebam, Bimo menjawab jujur, "Karena perempuan itu adalah mantan kekasihku, dan aku masih mencintainya."

Mendengar jawaban itu, Leo jadi makin murka. "Ah, persetan dengan cinta. Apa gunanya cinta kalau kau sendiri akan mati karenanya. Bodoh!"
Bimo bungkam saja.

Leo lantas berdiri dan menghantam tubuh Bimo dengan tendangan berkali-kali, sebelum akhirnya ia keluar kamar dan pergi entah ke mana.

Akhirnya, di tengah keadaannya yang buruk, Bimo pun harus berpikir keras dan segera mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.***

Ramli Lahaping. Kelahiran Gandang Batu, Kabupaten Luwu. Berdomisili di Kota Makassar. Menulis blog (sarubanglahaping.blogspot.com). Telah menerbitkan cerpen di sejumlah media daring. Bisa dihubungi melalui Twitter (@ramli_eksepsi) atau Instagram (@ramlilahaping).

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Cerpen: Perjalanan Hati

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Cerpen

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X