Bimo pun terkesiap.
"Katakanlah kalau kau memang tidak sanggup melakukannya," tagih Leo.
Bimo lekas menggeleng. "Aku sanggup. Percayakanlah kepadaku," katanya, dengan raut tenang dan meyakinkan.
Leo sontak tertawa senang. Ia lantas menepuk-nepuk pundak Bimo. "Baiklah. Tetapi Ingat, lakukanlah dengan sebaik-baiknya. Jangan meninggalkan jejak yang bisa membahayakan kita dan juga bos kita.”
Seakan tanpa keraguan lagi, Bimo pun mengangguk tegas. "Baiklah."
Dan akhirnya, dua hari yang lalu, pada malam setelah penyerahan tugas itu, Bimo pun pergi ke titik sasarannya.
Baca Juga: Pantau Harga Minyak Goreng, Kadis P2KUKM Luwu Utara Minta Warga Tidak Panik
Namun kebimbangan dan keraguan tetap saja menggerayanginya. Bagaimanapun, diam-diam, seseorang yang hendak ia bunuh adalah mantan kekasihnya sendiri. Sebab itulah, ia berpasrah saja pada kondisi emosinya kala berjumpa dengan sang mantan.
Ia berserah pada dua kemungkinan: apakah sakit hatinya akan membuat ia tega membunuh, ataukah sisa cintanya membuat ia sanggup mengurungkan niat.
Perpisahan dengan sang mantan, memang telah meninggalkan luka yang mendalam di hati Bimo. Ia seolah kehilangan harapan hidup. Masa depannya buram. Ia tak lagi berhasrat untuk menjadi siapa-siapa seperti yang dahulu ia inginkan. Ia hanya terus menyambung napas untuk menunggu kematian, sembari berupaya mengubur cerita cintanya.
Artikel Terkait
Cerpen: Perjalanan Hati
CERPEN: Sapu Jagat
Cerpen Batu Cinta
Cerpen: Pangeran Cinta
CERPEN: Dekap Hangat yang Selamanya