KLIKANGGARAN – Matahari sedang tersenyum pada bumi, dan cerbung tersenyum pada pembaca. Semilir angin menemani kopi menghias hari dengan berlapis kisah.
Cerbung ini adalah salah satu lapis kisah anak-anak manusia. Dia menjelma begitu saja dalam fiksi. Malu-malu membuka salah satu lembaran hidup.
Jika ada dari pembaca yang mempunyai kisah mirip dengan isi cerbung ini, saya yakin itu hanya kebetulan. Tak ada kesengajaan untuk membuatnya sama dengan kisah hidup Anda.
Cerbung ini murni fiksi, yang terlahir di sela bertani puisi. selamat membaca, salah sehat selalu. Jangan lupa bahagia.
*
Baca Juga: Pekerjaan Proyek Palapa Ring Timur Terlambat, Denda Rp464,9 Miliar Berpotensi Hilang
“Mayang, kamu sudah bangun?”
Rohayati masuk kamar dan duduk di tepi pembaringan putrinya. Dia mengusap tangan putrinya lembut sambil tersenyum hangat. Sudah dua hari gadis itu berada di rumah. Dia mengambil cuti, menepati janjinya untuk bertemu dengan lelaki tua yang dijumpainya di kereta.
“Sudah, Ma, hanya rebahan saja, masih malas mau keluar kamar.”
“Bapak tua yang kamu ceritakan kemaren datang. Sekarang kamu cepat bersiap, lalu temui beliau.”
“Oya? Sekarang di mana, Ma?”
“Di ruang tamu sedang bicara sama Papa.”
“Siap, Ma.”
“Ternyata dia itu tetangga kita, May, tapi sering merantau, jadi yang kita kenal cuma anak dan istrinya. Namanya Pak Darto.”
Artikel Terkait
Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
Cerbung: Cicak Merayap di Dinding
Cerbung: Samudra di Lautan Malas
Cerbung Samudra Ingin Kembali
Cerbung: Tirai Hitam di Antara Dua Hati
Cerbung: Tirai Hitam di Hati Venerose
Cerbung: Wajah Pias dalam Pelukan
Cerbung: Tanda Cinta di Wajah Pias
Cerbung Kabut Pembatas Dua Dunia