KLIKANGGARAN – Selamat mendulang malam, Pembaca tercinta. Selamat menikmati bergulirnya hari bersama cerbung saya. Lagi-lagi, jangan lupakan kopi, jangan lupakan kesehatan, dan jangan lupa bahagia.
Masih dengan cerbung berjudul wajah pias, yang kali ini ingin menjelma dalam kehidupan pasangannya. Cinta yang mengharu biru, cinta yang ingin menyatu, apa pun caranya.
Saya berharap, cerbung ini dapat mengirimkan pesannya pada Anda. Cinta itu tetap cinta, tidak akan terkurung dalam ingin dan mau. Dia berjalan mengikuti ketentuan yang tak terjangkau oleh kita, para manusia.
Selamat melanjutkan membaca cerbung dari saya. Khusus saya persembahkan untuk pembaca. Semoga Anda terhibur, semoga Anda bahagia karenanya.
Baca Juga: Cerbung: Tanda Cinta di Wajah Pias
“Selamat ya, Rose. Kamu bisa melewati semua dengan gemilang.”
Seorang dokter dengan kaca mata tebal tersenyum saat kubuka mata. Matanya merah, mungkin lelah atau habis menangis, entahlah. Mataku berkeliling mencari Rimba, tapi tak ada.
Aku diam saja mendengarkan dokter itu bercerita bahwa aku koma selama dua hari setelah aku sadar di hari pertama. Aku diam mendengarkan dia berkata dengan hati-hati bahwa Rimba sudah bahagia bersama Tuhan. Aku diam, mencari Rimba yang tak ada.
Berhari-hari setelah itu, bahkan berminggu, berbulan, dan bertahun, kusadari Tuhan tak menjawab doaku, bahwa aku ingin bersama Rimba. Kami sudah terpisah jauh, aku menjalani hari-hari sendiri.
Kujauhi teman-temanku, kujauhi semua yang dulu kulalui bersama Rimba. Sekali waktu aku berkunjung ke rumah orang tua Rimba, menghibur mereka dan diriku sendiri. Tante Sanur selalu menitikkan air mata tiap aku berkunjung. Dia masih memelukku dengan tubuh bergetar tiap kali kami bertemu.
Wajahnya pucat dan lelah, namun dia simpan dalam mata tua yang masih penuh kasih sayang. Aku hanya bisa berdoa tiap kali merasakan sakit di hatiku. Memohon pada Tuhan agar aku bisa melewati sisa hari dengan baik. Memohon agar aku dan Rimba diampuni. Memohon agar suatu saat entah di mana, aku bisa bertemu Rimba.
Baca Juga: Luwu Utara Raih Predikat Tertinggi Pertama Anugerah Keterbukaan Informasi Publik di Sulsel
Aku tahu, aku seperti hilang arah. Aku tak tahu harus bagaimana, tapi setidaknya aku terus mencoba mengisi hari dengan hal-hal baik. Masa pun berlalu, aku lulus kuliah dengan nilai biasa saja menurutku, kemudian bekerja.
Membahagiakan Tante Sanur, buatku sama seperti membahagiakan Rimba. Bertemu dengannya membuatku merasa tak jauh dari Rimba. Maka tiap kali ada waktu senggang aku suka mengajak Tante Sanur keluar. Terkadang makan malam, seperti malam ini.
Artikel Terkait
Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
Cerbung: Cicak Merayap di Dinding
Cerbung: Samudra di Lautan Malas
Cerbung Samudra Ingin Kembali
Cerbung: Tirai Hitam di Antara Dua Hati
Cerbung: Tirai Hitam di Hati Venerose
Cerbung: Wajah Pias dalam Pelukan