"Mama mau pergi lagi?" Tanya Titan sambil menutup agenda.
Mamanya tak menjawab, berjalan mendekati Titan, lalu memegang tangannya dengan mata hampir berair. Titan cukup mengerti kenapa mamanya tak sekuat dan setegar sebelumnya.
"Mama terpaksa harus minta pengertianmu lebih banyak, Sayang. Mama ingin duduk bersamamu dengan hati benar-benar sudah ringan."
"Tidak bisakah Mama berbagi kesedihan dengan Titan, Ma?"
Mamanya menunduk.
"Rasa kehilangan Papa bukan hanya milik Mama, tapi milik Titan juga. Kenapa Mama masih ingin terus berlari?"
Mamanya masih diam dan membiarkan air mengalir deras dari mata cantiknya yang sudah mulai dihinggapi gurat ketuaan.
"Tidak bisakah kita hadapi ini berdua, Ma? Papa sudah bahagia di sana dengan istri barunya. Kita doakan agar mereka benar-benar bahagia."
Mamanya bergeming. Titan tak tahu apa yang sedang dipikirkan perempuan yang sangat dicintainya itu, namun hati dan jiwanya bisa merasakan kepedihan yang bersembunyi di balik wajah tua itu. Ingin gadis itu berlari memeluknya, namun kesedihan membuat mamanya seolah semakin sulit dijangkaunya.
Baca Juga: Ini, Lho, Gejala Terinfeksi Omicron Kata Dokter yang Pertama Menemukannya
Artikel Terkait
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu
Cerpen Batu Cinta